21 | Hold Me Tight

Start from the beginning
                                    

"Aku memaafkanmu, Diana. Jika aku tidak memaafkanmu, aku tidak mungkin membuatmu hamil lagi."

Tubuh Diana membeku mendengar perkataan Denis. Diana sontak beranjak dari berbaringnya dan menatap Denis tidak percaya.

"Ha ... hamil?" Diana menatap perutnya yang diusap lembut dan diberi kecupan singkat oleh Denis.

Denis mengangguk pelan dan terkekeh kencang. "Selamat untuk kita, Diana. Sebentar lagi kita memiliki dua anak dan sebentar lagi Chika menjadi seorang Kakak."

Denis mengatakannya tanpa beban. Berbeda dengan Diana yang pucat pasi.

"Aku ... hamil? Lagi? Denis ... kenapa ini terjadi?" Diana meremas rambutnya dan menangis kencang. Denis yang berada di samping Diana sontak memeluk Diana erat.

"Ini kabar bahagia, kenapa kamu bersedih, Diana? Apa kamu tidak menginginkan anak kita? Kamu ingin membunuhnya?"

Denis menggeram mendengar perkataannya sendiri. Denis menunduk, menatap tajam Diana yang berada dalam pelukannya.

"Jawab aku, Diana! Kamu ingin membunuhnya? Kamu tidak mengharapkan kehadirannya?"

Diana menggeleng lemah.

"Tidak. Aku tidak ingin membunuhnya dan aku bukannya tidak mengharapkannya. Aku  hanya ...."

"Hanya apa, Diana?!" Denis membentak Diana membuat Diana memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya.

Diana ketakutan dan Denis menyadari perbuatannya. Menghela nafas panjang, Denis mengecup lama kening Diana.

"Maafkan aku, Diana. Aku tidak bermaksud membentakmu. Aku hanya sedikit kesal padamu yang terkesan tidak menerima kehadiran anak kita."

"Aku menerimanya. Aku bahagia karena aku kembali diberi kepercayaan untuk hamil dan menjadi seorang ibu lagi. Aku hanya ... aku hanya sedih karena anak yang aku kandung kembali hadir tanpa ikatan yang pasti. Aku hamil di luar nikah untuk kedua kalinya. Aku ... kamu pasti mengerti apa yang aku maksud, Denis."

"Kamu ingin aku nikahi, Diana?"

Diana mengangguk namun detik kemudian menggeleng.

"Keputusan ada di tangan kamu. Aku tidak masalah jika aku hamil di luar nikah. Aku hanya memikirkan nasib anakku yang kembali hadir di luar nikah."

"Aku tidak bisa menikahimu, Diana. Ada Vanya yang sedang menanti lamaranku."

Diana tersenyum dan menatap Denis lembut. Satu tangannya bergerak membelai pipi Denis.

"Aku menunggu kabar baik dari kamu dan Vanya."

"Sebaiknya kamu memang begitu. Mungkin kamu ditakdirkan hanya memberiku keturunan, bukan menjadi pendamping hidupku."

Diana tersenyum pedih.

Ditakdirkan hanya memberiku keturunan.

Diana seketika tertawa, menertawai jalan takdirnya yang begitu lucu. Setidaknya sekarang Diana tahu apa yang ada dalam pikiran Denis hingga membuatnya hamil. Denis hanya ingin dirinya melahirkan keturunan untuk Denis tanpa mengikatnya dalam ikatan pernikahan.

Diana menunduk, memperhatikan perutnya yang masih datar. Mengedip, air matanya jatuh begitu saja. Diana merasa pelacur jauh lebih terhormat daripada dirinya yang dianggap lebih pantas melahirkan keturunan Denis daripada menjadi pasangan Denis.

Mendongak, Diana kembali menatap Denis yang menatapnya lekat.

"Kamu pulang aja, jagain Chika di apartemen. Chika biasanya main sama kita, aku takut Chika nangis saat tahu di apartemen gak ada Chika."

Daripada semakin membuatnya terluka, Diana memilih mengalihkan pembicaraan. Diana tidak sekuat itu mendengar kalimat demi kalimat yang Denis ucapkan dan ujungnya membuka luka lama.

"Kamu tenang saja, sopirku membawa Chika ke rumah Vanya. Mungkin Chika menginap di rumah Vanya sampai kamu benar-benar dan diperbolehkan pulang."

"Bilangin ke Vanya jangan marahin Chika kalau Chika ngajak dia main."

"Vanya pasti melakukannya tanpa diminta, Diana. Vanya bukannya marah, Vanya hanya mendisiplinkan Chika. Kamu jangan khawatir itu. Biarkan Vanya bersama Chika karena setelah ini Vanya akan menggantikanmu. Aku tidak mau Chika menangis saat kepergianmu nanti."

"Kamu berencana membuangku?"

Denis menggeleng. "Tidak, Diana. Kamu tetap di apartemen. Hanya saja kamu sendiri di apartemen karena setelah aku menikahi Vanya, aku akan membawa Vanya dan Chika tinggal di rumahku. Setelah anak kedua kita lahir, aku juga akan membawanya dan kamu bebas melakukan apa yang kamu mau seperti mencari pasangan mungkin."

Diana mengusap kasar air matanya. Dia sudah tidak tahan lagi mendengar perkataan Denis. Diana mendorong Denis menjauh darinya dan Diana menangis kencang seraya menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Diana."

Diana menolak sentuhan Denis.

"Pergi!"

"Diana."

"Pergi!"

Diana terus menepis tangan Denis yang hendak menyentuhnya dan saat Denis berhasil meraih tubuhnya, Diana merasakan gejolak aneh dalam perutnya. Diana menutup mulutnya dengan satu tangan seraya mendorong dada Denis.

"Diana, kamu kenapa?"

Denis menangkup wajah Diana yang seperti menahan sesuatu dan Diana menjauh dari Denis. Diana turun dari brankar, menarik tiang infus kemudian berjalan cepat memasuki kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.

Diana menangis sejadi-jadinya saat merasakan gejolak aneh dalam perutnya dan tidak berhenti memuntahkan isi perutnya. Diana lemas hingga terduduk di lantai toilet. Kepala Diana mendadak pusing namun keinginan untuk muntah terus menyerang dan saat Diana hendak berdiri untuk kembali memuntahkan isi perutnya, tiba-tiba Denis mengangkat tubuhnya. Denis memijat tengkuknya dan Diana terus memuntahkan isi perutnya.

"Denis, sakit."

Denis membopong Diana ke brankar dan memeluk Diana erat.

"Aku di sini, Diana."

"Di sini sakit banget, Denis."

Denis terkejut saat Diana membawa tangannya menyentuh dada Diana dan seketika Denis terdiam, menatap Diana yang menangis dengan tatapan pilu mengarah padanya.

...

Satu kata buat Denis?

Jangan lupa tinggalkan jejak!💜

...

Hold Me Tight | 2022
Shopiaaa_

Hold Me TightWhere stories live. Discover now