"Flora?" Suara bangun tidur Caden membuat wanita itu memojok pada kasurnya. Flora masih mengerjap pelan, matanya berkilau memperhatikan pria di hadapannya tersebut, nampak lelah, ada kantung hitam di bawah matanya.

Caden memeluk wanita tersebut dengan erat, mengecup keningnya lembut sebelum ia menyibakkan rambut Flora yang menutupi wajahnya. Matanya kembali bertemu dengan Flora, wanita tersebut tidak percaya dengan apa yang Caden lakukan kepadanya. Apa Flora sedang bermimpi? Apa Flora sudah meninggal? Apa yang terjadi?

Tangan Caden menekan tombol di sebelah kasur Flora untuk memanggil perawat sebelum dia duduk di pinggir kasur. "Aku tidak berani melepas tabung oksigennya, kita akan menunggu perawat, oke?" ucap Caden lembut, sedikit ragu karena Flora masih menatapnya dengan waspada. Mata membulat Maya masih bergetar setiap Caden menatapnya.

Yang Caden ingin lakukan sekarang adalah mengatakan semua yang Flora perlu tahu, dia ingin langsung meminta maaf tapi dia tidak ingin membuat Flora meledak dengan banyaknya informasi yang akan ia katakan.

Caden menarik napas, jantungnya berdegup kencang bersamaan dengan jantung Flora yang ikut berdetak di layar monitor. Caden sesekali menggumam kepada Flora agar tetap tenang. Wanita tersebut mengangguk kecil sebelum dia menatap tangannya yang digenggam oleh Caden.

Caden melipat bibir, dia tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Flora. Dia tidak ingin membuat wanita tersebut lebih bingung dari sebelumnya saat dia mengatakan kenapa Flora bisa ada di rumah sakit.

"Aku harap kau tidak apa dengan aku yang menggenggam tanganmu seperti ini." Caden setengah berbisik, menunjuk tangannya yang mengusap pelan tangan Flora dengan lembut.

Flora tidak tahu harus membahas apa, dia punya banyak pertanyaan kepada Caden. Apa yang dia lakukan? Kenapa semua ini terasa berbeda? Sejak kapan Caden dapat menguncir rambutnya?

"Aku akan mengatakan semuanya setelah dokter mengecekmu, oke?" Caden menatap Flora kembali. Lagi, wanita itu hanya mengangguk kecil, masih menatap Caden tidak percaya.

Caden masih bertahan bersama Flora, menunggunya tanpa berkata satu kata sampai Dokter Jackson dan Dokter Alex masuk ke dalam kamar. Mereka langsung menatap Flora dengan senyum besar sebelum Dokter Alex mengambil klip dokumennya.

"Halo, Flora. . . kau bangun di saat yang kurang tepat sepertinya." Dokter Alex tersenyum kecil sebelum ia berjalan ke arah Flora. "Aku Dokter Alex, aku paham kau pasti punya banyak pertanyaan, tapi aku akan mengecek keadaanmu terlebih dahulu." Flora mengangguk kecil, membiarkan Dokter Alex mengecek seluruh tubuh Flora sebelum ia mencatat pada klipnya.

Dokter Jackson lalu mengambil alih. "Halo, Flora. Aku harap kau masih ingat aku. Aku akan mengetesmu sebentar, oke?" Dokter Jackson tersenyum. Lagi, Flora hanya mengangguk sebelum Caden turun dari kasur Flora dan melepas genggaman tangannya tidak yakin.

Dokter Jackson menyuruh Flora untuk menggerakkan jarinya, wanita tersebut mencoba melakukannya dengan tangan bergetar. Dokter Caden lalu mencoba menggerakkan telapak kaki Flora menggunakan pensil membuat wanita itu terperanjat kecil dari kasurnya.

"Oke, kau tampak baik. Bagaimana jika kita akan mengecek kepalamu dalam beberapa hari? Setelah ini kau harus istirahat, Caden akan membantumu jika kau menginginkan sesuatu." Dokter Alex tersenyum.

Flora masih bingung, dia ingin berkata tapi ada sesuatu yang menutupi mulutnya.

"Aku akan melepas tabung oksigennya, kau seharusnya bisa bernapas sekarang saat sadar." Dokter Jackson menarik cup tersebut dari bibir dan hidung Flora sebelum wanita tersebut menarik napas dalam.

Flora ingin berbicara, tapi dia tidak dapat mengeluarkan suara. Rasanya dia hanya berbisik pelan. Dokter Jackson menyuruh Caden untuk mengambil air dan gelas dari atas meja yang dibawa oleh Dokter Jackson tadi. Caden mengangkat kasur Flora sambil menyerahkan air tersebut kepada Flora, membantu Flora untuk meminum airnya sebelum wanita itu menggeleng kecil.

How We Fix Sorrow ✅Onde histórias criam vida. Descubra agora