38. Masa lalu Ezra

2.8K 531 47
                                    

Ezra kecil menangis kencang saat ibunya dengan tega memukuli tubuh mungilnya yang saat itu ia baru saja berusia dua tahun.

"GAUSAH NANGIS!!! BERISIK TAU,GAK?!!" Seru ibunya pusing dengan mata melotot ke arahnya lalu membanting tubuh mungilnya hingga menubruk dinding.

Anak kecil yang pada dasarnya suka menangis dan belum mengerti itupun semakin menangis dengan histeris saat merasakan sakit yang begitu hebat menjera tubuhnya.

"DIEM! DIEM! DIEM! TANGISAN LO ITU BIKIN GUE PUSING!!!" sang ibu berteriak dengan penuh emosi sembari menginjak tubuh Ezra kecil hingga dirinya kehilangan kesadarannya. Hampir mati.

Pria dewasa yang melihat istrinya sedang melampiaskan amarah kepada anaknya itu hanya bisa diam. Acuh tak peduli.

Ia hanya melirik anaknya yang sudah tergeletak tak berdaya itu kemudian kembali menatap ke arah ponsel yang berada ditangannya.

Ia tertawa kecil saat kekasihnya itu mengirimkan pesan yang sangat lucu untuknya.

Tak peduli dengan darah daging sendiri yang sedang sekarat itu.

Entah siapa yang salah di sini. Ezra kecil yang sering menangis atau orang tuanya yang gila dan tak saling cinta atau kakek-neneknya yang menjodohkan kedua orang tuanya dan membuatnya menjadi kacau seperti ini?

Mereka berdua menikah tanpa cinta karena perjodohan untuk kepentingan bisnis.

Alin–––ibu kandung Ezra yang penyuka sesama jenis atau tak minat kepada pria itupun terpaksa menikahi Farhan–––ayah kandung Ezra yang pada saat itu sudah menjalin hubungan lima tahun lamanya dengan sang kekasih.

Puncaknya, kedua orangtua mereka memintanya untuk segera melahirkan cucu untuknya dan untuk ahli waris perusahaan.

Alin yang tak menyukai pria itupun dipaksa berhubungan intim dengan Farhan. Alhasil, usai melahirkan Alin terkena baby blues serta mengalami depresi. Terlebih lagi saat Ezra mencapai usia satu tahun, anak itu sangat mirip dengan Ayahnya–––Farhan yang membuat Alin mulai dan semakin membenci Ezra.

Tak jauh berbeda dengan Alin, Farhan pun merasa marah dan kesal terhadap perjodohan ini. Ia tak bisa berkutik kepada kemauan kedua orangtuanya.

Ia pun hanya bisa melampiaskan segala amarah dan kekesalannya kepada anaknya sendiri yang tak tahu apa-apa itu.

Seiring berjalannya waktu, Ezra kecil sering diberikan kekerasan fisik oleh kedua orang tuanya. Meskipun 'sering', tetapi Ezra kecil tetap tidak terbiasa dengan perlakuan dan rasa sakit yang ia terima.

Puncak kekerasan dari ibunya itu terjadi ketika ia berusia enam tahun atau kelas satu SD, dirinya mendapat nilai 97 dari hasil ulangan hariannya.

Sang ibu yang tak puas dengan hasil ulangan Ezra itupun langsung mengunci pintu kamar dan mulai melakukan kekerasan fisik dan juga mental.

Sang ibu memukuli dan memaki Ezra kecil tanpa ampun seperti sedang kesetanan. Ezra kecil hanya bisa diam, menahan erangan dan tangisan yang ingin keluar.

Dirinya akan diberi hukuman yang lebih dari ini jika mengeluarkan suara sekecil apapun.

Ezra kecil yang sejak lahir tidak tahu dimana letak kesalahannya yang membuat kedua orang tuanya yang sering memukulinya itupun akhirnya memberanikan diri bertanya dengan sang ibu.

"A-aku..salah aku apa...aku s-salah..apa s-sama..mama..p-papa.."

Meski wajahnya sakit, ia tetap berusaha menggerakan bibirnya untuk bertanya para sang ibu.

Sang ibu yang mendengar itu semakin mengeram marah dengan urat-urat wajah yang menonjol.

"Kamu...kamu tanya salah kamu apa?" Sang ibu berkata dengan nada rendah.

Butterfly EffectOnde as histórias ganham vida. Descobre agora