29. Predator puncak

3.5K 569 44
                                    

Seperti biasa Ayyara pergi ke kantin untuk makan. Mau bagaimana lagi?walaupun di kantin itu banyak kejadian-kejadian yang buruk menimpa dirinya, tetapi ia tetap nekat untuk pergi.

Ya karena ia lapar. Ia tidak terbiasa membawa bekal ke sekolah.

Karen apa? Ia tak mau repot.

Ayyara memakan makanannya dengan tenang, sampai saat sekelompok laki-laki datang mengganggunya. Entah lah berapa banyak laki-laki yang berada di kelompok itu, mungkin delapan sampai dua belas orang?

"Hai cantik," Ucap laki-laki urakan berambut ikal yang sudah duduk berada di hadapannya.

Ia hanya menangguk ragu membalasnya.

Perlahan Ayyara melirik sekeliling mejanya yang sudah ditempati oleh banyak laki-laki.

Seingatnya orang-orang ini adalah kakak kelasnya yang sangat tak suka dengan perilaku Yuma yang seakan-akan seenaknya di sekolah ini.

Mereka tahu jika Yuma adalah cucu dari pemilik sekolahan ini dan mereka tentu tak bisa sembarangan melawan atau menyingkirkannya.

Adanya Yuma tentu saja menjadi alat pengekang mereka di sini. Mereka jadi tidak bisa leluasa menguasai sekolah.

Ibatarnya di sini Yuma itu adalah predator puncak dari rantai makanan.

Tetapi karena Yuma sudah tidak ada, maka mereka-merekalah yang menjadi predator puncaknya.

Kekuasaan mereka tak jauh beda dengan milik Yuma. Kebanyakan dari mereka semua adalah anak dari kalangan kelas atas yang kaya raya.

Mereka yang mempunyai kekuasaan itu jadi gelap mata dan besar kepala.

Mereka sering mengganggu guru, siswa-siswi yang lebih lemah dari mereka dan bertingkah seenaknya.

Laki-laki berambut ikat itu menatap semua penghuni kantin, lalu mengedikkan dagunya ke arah mereka. Memberi isyarat agar mereka semua keluar.

Tentu mereka yang melihat isyarat itu langsung berbondong-bondong ke arah luar kantin. Mereka takut menjadi 'mainan' dari laki-laki itu termasuk kelompoknya jika tak patuh terhadap mereka.

"Nama kamu Ayyara, kan?" Tanya laki-laki berambut ikal memastikan.

Ayyara menatap sebentar laki-laki itu, lalu mengangguk. "Iya.. Kenapa ya, kak?"

Laki-laki itu menggeleng kecil, lantas satu tangannya menjulur ke hadapan Ayyara.

"Gapapa, aku cuma mau kenalan aja. Aku Anggara. Terserah kamu mau manggil aku Angga, Gara, atau sayang juga boleh." Anggara tersenyum manis seperti biasanya saat mencari mangsa Aka ia fuckboy.

Sontak Ayyara bergedik ngeri saat mendengar teriakan mereka yang membuat telinganya sakit.

Dengan ragu, Ayyara menjabat tangan laki-laki itu. "Ayyara Lanakila. Panggil Kila aja, kak."

"Oke,"

Setelah itu tangan Anggara menopang dagu sembari memandangi wajah Ayyara. "Cowok kamu udah ga ada, kan? Eh. Maksud aku, kamu ga ada cowok, kan?"

Ayyara hanya memasang wajah kikuk, "iya kak, kenapa emangnya?"

Laki-laki itu tersenyum tipis, lalu wajahnya mendekat ke arahnya.

Mata Anggara menatap serius dengan satu tangan yang lain memegang dan memutar-mutar helaian rambut Ayyara yang panjang di hadapannya. "Kila, mau jadi selir aku gak?" Pintanya to the point.

Sontak teman-teman yang mendengarnya langsung memlebarkan matanya kemudian tertawa terbahak-bahak. "Si bangsat! Baru kenalan semenit udah nawarin jadi selir aje lo, gila!" Ucap salah seorang dari mereka di sela tawanya.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now