28. Sudut pandang

3.8K 605 20
                                    

Ayyara Davinia.


Jika Kian disuruh mendeskripsikan gadis itu pasti ia akan kesulitan untuk menjawabnya.

Karena gadis itu tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Gadis itu terlalu abstrak. Tidak jelas dan tidak bisa ditebak jalan pikirannya.

Aneh. Mungkin kata itu yang 'mungkin' bisa mewakilkan banyaknya kata yang tidak bisa ia jelaskan yang bersarang di otaknya.

"Sebenernya apa sih yang ada dipikiran lo?" Alis Kian berkerut menatap sosok punggung gadis yang sedang berjongkok itu.

Ayyara hanya berdehem sekilas tanpa menoleh. Netra matanya sibuk memandangi bunga liar yang berada di taman sepi itu sembari menopang dagu.

Kian bersandar pada pohon, lalu menengadah menatap langit. "Sebenernya rencana lo itu apa?" Gumamnya yang masih bisa terdengar oleh Ayyara.

Dirinya benar-benar tak mengerti, mengapa Ayyara dikelilingi oleh orang-orang yang tak sembarangan.

Dan selalu terlibat dalam sebuah masalah.

Ia tahu jika dunia yang ia tempati itu adalah dunia novel yang tak bisa di sangkal nya.

Ia juga tahu jika Ayyara memasuki karakter antagonis dengan wajah serta tubuh sepertinya yang mana karakter itu adalah penghalang serta 'bumbu penyedap' untuk kisah para pemeran utama.

Hanya saja, ia merasa janggal akan sikap yang ditunjukkan Ayyara.

Ayyara Davinia, gadis yang ia kenal yang tak mau berurusan atau ikut campur dengan orang lain tiba-tiba menolong seorang pecundang di sekolah itu.

Wajar saja jika ia berbuat jahat karena ia sedang memerankan karakter antagonis. Tapi ini...

Mungkin meski alur novel ini sudah sangat melenceng dari yang seharusnya akibat butterfly effect, tetapi tetap saja ia merasa aneh.

Ah bagaimana ya cara menjelaskannya.

Ayyara Davinia itu tak sebaik yang kalian kira. Ia tak mau merepotkan dirinya sendiri untuk membantu atau menolong seseorang secara cuma-cuma.

Ia tak sebaik itu.

Mudahnya begini, ia tak membantu atau menolong orang-orang yang menurutnya tak berguna untuknya.

Sebab, ke dirinya pun begitu. Ayyara menolong dan membantu dirinya waktu itu karena gadis itu tahu jika dirinya memiliki potensi yang berguna dan bisa diandalkan untuknya.

Jujur saja, waktu itu ia merasa kecewa dan hatinya merasa sedikit sakit ketika Ayyara mengatakan hal jujur tersebut secara terang-terangan. Walaupun ia tahu jika Ayyara membantunya dengan tak tulus, ia tetap berterima kasih kepadanya.

Kalau bukan Ayyara yang waktu itu menolongnya dan menjadikannya teman, ia tak akan bisa menjadi seperti sekarang (di dunia asli).

Tidak akan ada Kian yang pemberani.

Tidak akan ada Kian yang menjadi ketua geng motor.

Tidak akan ada Kian yang brutal dan kejam jika dengan musuhnya.

Tidak akan ada Kian yang memiliki banyak teman.

Dan tidak akan ada Kian dengan tujuh ratus ribu pengikut di tiktok nya.

Jika bukan karenanya.

Tatapan Ayyara beralih pada serangga hijau yang hinggap di dedaunan dekat bunga-bunga itu. "Gue ga ngerti apa yang lo maksud," Tangannya meraih serangga hijau atau yang biasa disebut belalang yang lumayan besar itu.

Butterfly EffectOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz