12. Malaikat atau Iblis?

8.1K 1.1K 13
                                    

"DEMI APA KALO INI DUNIA NO––" Ayyara membekap mulut Kian yang sangat-sangat lemes itu.

"Sshhh! Bego jan teriak-teriak!" Ayyara naik pitam, masalahnya mereka sekarang sedang berada di sebuah kafe yang tak jauh dari rumahnya. Memang kafe ini mempunyai sedikit pengunjung, tetapi jika yang lain tahu ucapan Kian, yang ada disangka gila karena menyebut dunia ini novel.

Kian mengangguk cepat, lalu Ayyara melepaskan bekapannya perlahan.

"Ahh!" Ayyara mencubit gemes lengan Kian hingga memerah.

Kian menatap lengannya yang memerah, "wah parah, kejam bat lo sama gue Ayy," Kian lalu berpura-pura mengusap air matanya.

"Jangan alay atau mau gue cubit lagi?"

"Eh iya iya iya maap bosq!" Ayyara memutar bola mata malas, kemudian ia menyeruput minuman miliknya.

"Jadi beneran?" Tanya Kian hati-hati.

"Iya'lah ga ada untung nya gue bohong,"

"Terus gimana ini?"

"Ga gimana-gimana, paling juga gua mati." Ucap Ayyara kelewat santai.

Kian menyenggol pelan lengan Ayyara, "Heh! Lo kok ngomongnya gitu," Lirih Kian.

Ayyara menatap Kian sebentar lalu menatap lagi ke arah minumannya. "Ya emang gitu, dengan begitu gue bisa balik ke dunia kita,"

"Kalo lo beneran mati gimana? Kalo lo ga balik ke dunia kita gimana? Gue ga mau ya lo masuk neraka. Neraka tuh panas!"

"Kata siapa neraka itu dingin?" Ayyara malah membalikan perkataannya membuat Kian geram.

Kian berdecih seraya membuang muka ke samping. "Cih, lo mah ga ada takut-takutnya!"

"Siapa bilang?" Ayyara menatap wajah Kian.

Ayyara mengalihkan pandangannya. "Gue takut.. Gue bener-bener takut mati.." Lirih Ayyara sambil menunduk, meremas jari-jemarinya.

Kian menoleh menatap Ayyara sendu, tangannya bergerak begitu saja untuk membawa tubuh Ayyara ke dekapannya.

Kian mengelus lembut pucuk kepala Ayyara membuat sang empunya ingin menangis. Ini dia yang selama ini Ayyara cari. Sosok yang bisa menjadi tempat bersandar dan pendengar keluh kesahnya.

Tangan Ayyara memeluk pinggang Kian kuat, seolah-olah tak ingin membiarkannya kabur.



__________




Ayyara belum sepenuhnya pulih, tetapi dirinya bertekat untuk bersekolah. Dirinya dibuat penasaran tentang apa yang dikatakan Kian kemarin.

"Lo udah tau'kan perubahan kecil itu bisa berdampak besar untuk masa depan? Gue takutnya novel ini kena butterfly effect."

Sepertinya memang benar bahwa disini terkena butterfly effect, padahal setaunya pemeran utama Seme itu sudah muncul sekitar seminggu yang lalu. Tetapi saat ini dia belum juga kelihatan batang hidungnya.

Jika benar, terus bagaimana nasib Ayyara sekarang?

Ayyara menelusuri koridor sekolah sambil menghela nafas lebih dari sepuluh kali, otaknya terus-terusan dibuat mikir. Padahal ia sangat malas sekali untuk berpikir.

Ah sial! Dirinya bisa lupa bahwa video dirinya yang sedang mengamuk menjadi trending topik di sekolah.

Dan sekarang lihat. Semua pasang mata yang berada di Koridor menatap ke arahnya seakan-akan dirinya ini artis Hollywood. Becanda.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now