37. Pelukan

3K 577 60
                                    

Ayyara memandangi layar ponselnya yang menunjukkan sebuah foto dirinya bersama kekasihnya yang sudah meninggal itu.

Foto itu menampakkan dirinya sedang berpose dua jari sembari tersenyum lebar dengan memakai kemeja kebesaran dan jelana pendek yang tertutup kemeja. Sedangkan disebelahnya seorang laki-laki merangkul tubuhnya serta berpose jari metal dengan wajah tersenyum lebar hingga kedua matanya tertutup berbentuk bulan sabit dengan memakai kaos hitam disertai celana jeans robek-robek. Walaupun wajah laki-laki itu terkesan 'menggemaskan' tetapi aura laki-laki itu sangat cukup untuk diberi kesan bad boy kepadanya.

Di belakang mereka pada foto itu, terlihat cantiknya malam yang dihiasi gemerlapnya lampu kota.

Ayyara mengelus singkat wajah cowok itu dari layar ponselnya dengan tersenyum getir, lalu menaruh kembali ponselnya pada tas kecilnya.

Dirinya gagal mengetahui ciri-ciri pelaku asli dari yang dijanjikan Viero. Sebab laki-laki itu kini pergi keluar negeri untuk melakukan pengobatan mental akibat kejadian beberapa hari yang lalu.

Mungkin laki-laki itu akan membutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhannya.

Kematian tak wajar serta yang tiba-tiba para adiknya membuat mental dan psikis laki-laki itu terganggu.

Kedua orangtuanya pun mungkin mengalami hal yang sama, tetapi tidak separah dirinya. Mau bagaimana lagi? Viza adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga besar milik Viero. Tak ayal jika semuanya sangat berduka dan terpukul atas kehilangan adiknya itu.

Oh iya. Ternyata daging yang mereka makan di Desa Carne atau yang berarti 'daging' dalam bahasa Spanyol bukanlah daging manusia atau dagingnya Viza. Tetapi daging itu adalah daging kelinci asli. Info itu di dapat dari tim forensik serta tim polisi yang mengusut serta menyelidiki Desa Carne atas permintaan orang tua Viero.

Kejadian ini ditutup rapat oleh orang tua Viero agar tidak tersebar dan menjadi perbincangan awak media.

Pihak berwajib juga sudah berkata jika mereka sudah meringkus dan mengamankan warga desa yang dicurigai sebagai pengikut sekte kanibalisme. Dan kasus itupun ditutup.

Tetapi pada kenyataannya, saat polisi ke sana ingin menyelidiki dan meringkus ketua serta pengikut sekte kanibal, mereka tak berhasil menemukan mereka.

Rumah-rumah di desa itu terlihat sepi dan sunyi serta walaupun area itu sedikit kacau karena banyaknya anak panah yang menancap di bawah menambah kesan seram pada lokasi itu.

Polisi malah hanya menemukan banyaknya bercak-bercak darah disekitar area Desa itu. Bercak-bercak darah itu terlihat seperti kejadian pembantaian yang sangat besar-besaran.

Tak ada satupun petunjuk yang membawa mereka menemukan para warga Desa sekte kanibal itu.

Akhirnya polisi menghentikan penyelidikannya itu dan memberi pernyataan palsu kepada mereka bahwa mereka–––orang-orang sekte kanibal sudah diringkus dan diamankan oleh pihak yang berwenang untuk menenangkan para wali korban.

Ayyara meraba pelan perban yang membalut luka di dahinya. Untungnya lukanya tidak terlalu serius. Dirinya hanya diberikan dua jahitan oleh sang dokter.

Setelah kejadian itu, Ayyara tak menanyakan soal senjata pistol yang dimiliki oleh Miya. Percuma saja, Wanita itu pasti akan mengelak atau tidak memberitahu dirinya jika ia bertanya.

Yah, dirinya tak peduli jika Miya memiliki pistol, pisau, gergaji atau apapun. Dirinya hanya menebak yang pasti Miya bukan 'pembantu' biasa yang dimiliki oleh Daizar.

Miya pasti orang yang ditunjuk Daizar untuk melindungi atau mengawasinya agar tidak terluka.

Bisa jadi laki-laki itu adalah orang penting yang mempunyai banyak musuh yang takut berbuat macam-macam dengan dirinya. Bisa jadi ia adalah ketua pembunuh bayaran atau seorang pengusaha kaya raya atau mungkin seorang mafia?

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now