08. Kian : Kertarajasa pt. 2

9K 1.1K 21
                                    

Kian sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur kecil miliknya---eh bukan, milik Kerta. Kemarin dirinya sudah diperbolehkan pulang.

Saat itu Kian sedang meringkuk dengan pikiran kosong, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh mengaku sebagai ibunya.

Dokter pasti memberitahu wanita ini bahwa dirinya mengalami d.i.d atau memberitahukan bahwa dirinya hilang ingatan.

Lalu ada seorang lagi seorang laki-laki biasa yang seusianya menghampirinya, dia berkata bahwa dirinya adalah teman sekolahnya.

Dirinya tidak tahu ini dunia apa. Dunia novel kah? Atau dunia parallel?

Sebelumnya ia ingin bunuh diri, tetapi niatnya ia urungkan. Ia takut, kalau ia malah berada di neraka dan bukan kembali ke dunia-nya.

Kian sangat amat penasaran, bagaimana tubuhnya di dunianya? Apakah di sana ditempati oleh Kerta? Atau tubuhnya kosong? Lalu bagaimana keadaan Ayah-nya, teman-temannya, terutama Ayyara? Ngomong-ngomong soal Ayyara, dirinya yakin 10% dia juga pasti ada disini.

Kenapa bisa yakin? Kian beberapa hari yang lalu sudah memikirkannya dengan matang-matang. Ia mencocoklogi tentang kejadian yang ia alami dan tentang novel transmigrasi yang pernah ia baca.

Perut Kian berbunyi pertanda bahwa ia sedang lapar. Perlahan hidung Kian mencium aroma masakan dari arah dapurnya, ia jadi semakin lapar karena aroma itu.

Tanpa berlama-lama ia bangkit lalu segera menuju dapur. Dari ambang pintu Kian melihat ibunya sedang menaruh masakannya di piring. Kian sudah mulai sedikit menanggap wanita paruh baya itu sebagai ibunya.

Kian menghampiri meja sambil menelan ludah. "Wuih..." Kian menunduk, melirik telur dadar yang sudah berada di piring di atas meja.

Di dunia asli, Kian itu anak orang kaya. Tidak pernah merasa kesusahan, apa yang dia mau pasti bisa ia beli dengan uang ayahnya. Tapi sekarang berbeda, makan saja terasa sangat sulit. Sekarang jika ia menginginkan sesuatu, ia harus berusaha.

Sebelumnya Kian tidak bisa menerima wanita itu sebagai ibunya, baginya dia itu hanya orang asing. Tetapi saat melihat ketulusan wanita itu kepada anaknya (Kerta) . Hatinya menghangat. Melihat perjuangannya yang bekerja keras demi biaya pengobatannya membuat Kian tersadar, mencari uang itu sangat susah. Kian juga jadi tahu, bahwa kasih ibu kepada anaknya tak terhingga. Ibu akan melakukan apapun demi anaknya. Kebahagian, kesehatan, kesuksesan, dan semuanya.

Ayah Kerta sudah meninggal 10 tahun yang lalu, sehingga ibunya menjadi satu-satunya keluarga serta tulang punggung keluarga bagi Kerta.

Kian tahu karena Kinas sendiri yang menceritakannya.

Kinas menaruh bakul nasi ke meja, "maaf, kita makannya cuma sama telur."

Kian menggeleng, "emang kenapa si ma? Telur kan banyak manfaat." Kian tersenyum manis ke arah Kinas yang berada di hadapannya.

Kinas tersenyum haru, anaknya memang sangat baik. Ia sangat menyayangi dan bangga mempunyai anak sepertinya.

Kinas dan Kian duduk saling berhadapan, mereka mulai menyendok nasi ke piring untuk makan.

Kinas baru tahu dan tidak menyangka bahwa selama ini anaknya menjadi korban perundungan. Sebenarnya Kinas sudah lama curiga dengan anaknya, saat itu Kinas melihat wajah putranya yang lebam sepulang sekolah. Kinas bertanya ada apa dengan wajahnya itu lalu Kerta hanya tersenyum kecil dan berkata kalau wajahnya tak sengaja terkena lemparan bola. Bodohnya Kinas percaya kepada perkataan Kerta.

Putranya tidak pernah mengadu kepada dirinya, jika ditanya dia akan menjawab bahwa dirinya baik-baik saja. Kinas tahu kalau anaknya itu tidak mau membebani pikiran ibunya, dan tidak mau merepotkannya.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now