26. I love you too

4.7K 678 151
                                    

Perlahan Ayyara melangkah mundur dan menjauh dari kerumunan orang-orang yang menonton acara dance. Tangannya merogoh ponsel dari tas kecil yang sedari tadi bergetar.

Kening Ayyara berkerut saat melihat nama orang yang meneleponnya.

Zaki is calling...

Zaki. Nama itu adalah nama dari cowok cupu berkacamata bulat yang waktu itu Ayyara tolong dari berandalan sekolah. Dan fakta menariknya ternyata dia itu murid baru dikelasnya. Dirinya merasa tak enak. Segitu kah dirinya acuh dan tak peduli terhadap sekitar? Sampai-sampai murid baru dikelasnya pun ia tak tahu.

Zaki dan dirinya mulai dekat sejak tiga minggu yang lalu saat Ezra ingin menampar nya.

Waktu itu entah mengapa Ezra terlihat sangat marah kepadanya, padahal rasanya ia tak pernah berbuat apapun dengannya. Dengan amarah, Ezra mengangkat tangannya untuk menampar Ayyara.

Dengan sigap Zaki yang tak sengaja melihat itu pun langsung berada di depan Ayyara dan mendapat tamparan yang bukan untuknya itu.

Dan sejak saat itu lah mereka berteman. Yuma juga terlihat tak masalah dengan Zaki. Malahan dia berbuat baik dengannya, seperti sekedar mengajaknya ke kantin bersama atau mengajaknya bermain voli.

Ayyara heran, mengapa Zaki meneleponnya malam-malam begini? Malam minggu pula.

Tanpa basa-basi Ayyara menekan tombol hijau dan mendekatkan ponselnya pada telinga.

"Halo?" Ucap Ayyara agak berteriak karena di sana sedikit berisik.

"H-halo,"

"Ada apa, Zaki?"

"A––anu aku mau nanya.."

"Nanya apa?" Ayyara menaikkan satu alisnya.

"PR biologi yang waktu itu di buku paket halaman berapa ya?"

Ayyara mengerutkan alis. Memangnya ada PR biologi? Sejak kapan? Seingatnya tidak.

Tak usah heran jika itu Ayyara. Ia itu cepat melupakan hal-hal yang menurutnya tak penting.

Ayyara berdehem keluar dari lamunannya. "Gue ga tau.. Coba tanya Kasyapi, dia kan anaknya ra–––"

Bruk!

Belum sempat menjawab ponsel Ayyara sudah terjatuh ke bawah dengan keras.

Ayyara melirik bajunya yang basah terkena air minum seseorang. Dengan mata tajam dan ingin memaki, ia melirik siapa pelaku yang menabraknya itu.

"M-maafin ibu nak... Ibu ga sengaja," Maafnya dengan wajah sedih.

Ayyara bungkam. Bibir Ayyara yang terbuka ingin memaki seketika dirapatkan kembali. Sumpah serapah yang ingin dilontarkan kepada sang pelaku seketika tersangkut di tenggorokan nya kala melihat wanita paruh baya dihadapannya menatapnya dengan tatapan bersalah.

Dirinya lalu menggeleng cepat, "gapapa bu," Ayyara tersenyum tipis, lalu membungkuk mengambil ponsel dan jaket denim yang terjatuh dari pundaknya yang sudah tergeletak di tanah.

"Sekali lagi maafin ibu ya udah nabrak kamu.. ibu buru-buru soalnya." Ucapnya dengan nada khawatir.

"Iya gapapa bu.."

"Baju kamu jadi basah. Ibu jadi ga enak.."

"Saya 'kan udah bilang gapapa bu.. Udah ibu pergi aja katanya buru-buru kan?" Ayyara bukan berniat mengusir, tapi ia ingin cepat-cepat membersihkan bajunya.

Untung saja jaket denim milik Yuma tadi tak ikut basah, jadi dirinya bisa mengganti bajunya dan memakai itu.

Wanita paruh baya itu mengangguk, lalu dengan ragu pergi meninggalkan Ayyara. Tak lupa mengucapkan permintaan meminta maaf untuk kesekian kalinya.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now