27. Orang yang bahagia di neraka

4.2K 660 54
                                    

Bersandar ke depan pada pagar pembatas. Kepala menengadah ke atas, netra matanya menikmati langit malam yang tak berbintang.

Aneh, kenapa bintangnya tidak ada?

Hm.. Mungkin langitnya sedang mendung.

Satu tangan yang memegang bungkus kotak berwarna ungu dan sebuah korek itu menopang tubuhnya di atas pagar pembatas.

Tangan yang satunya bergerak mendekati bibirnya, menghisap benda yang bernama rokok di kedua sela jarinya.

Menghembuskan asap rokok itu sembari menunduk menatap kosong bunga-bunga yang menghias depan rumahnya.

Pikirannya berkelana. Bayang-bayang kejadian tiga hari yang lalu tak lepas menghantui nya.

Ingatannya seketika berputar saat di hari pemakaman Yuma, dimana adik perempuan atau yang dikenal sebagai Zeluna itu menyalahkannya atas kematian kakak laki-laki nya itu.

"Ini semua salah lo!" Zeluna mendorong tubuh Ayyara hingga dirinya terhuyung ke belakang.

Zeluna mengusap pipinya yang basah dengan kasar. "Kalo aja dia ga pergi sama lo. Pasti ini semua ga bakal terjadi!" Air mata Zeluna kembali mengalir.

Ayyara hanya bisa diam menggigit bawah bibirnya yang pucat dengan mata sembabnya. Di dalam hatinya ia membenarkan perkataan Zeluna. Ya, benar. Ini semua salahnya.

"Ini semua salah lo... KAKAK GUE MATI KARNA LO! LO PEMBUNUH!" Teriaknya dan langsung melangkah mencengkram rambut Ayyara.

Ayyara tak ingin melawan, ia terlihat sedang meringis dalam diam.

"ZE UDAH!" Kian menahan lengan Zeluna yang saat itu sedang menjambak rambut Ayyara dengan brutal.

Suasana di pemakaman itu sudah sepi. Para keluarga dan pelayat sudah lebih dahulu pulang, meninggalkan Zeluna sendiri bersama Ayyara dan lain-lain.

Kian menarik tubuh Zeluna agar menjauh dari Ayyara dan langsung memeluknya. Menenangkan dia dengan usapan dipunggung sembari berkata "udah.. Jangan nangis."

Sedangkan dengan Ayyara yang tubuhnya sudah lemas sedari tadi itu ditarik kedalam pelukan Arkein sselaku Ketua Osis penanggung jawab untuk melayat dari perwakilan sekolah.

Arkein dengan lembut mengusap pucuk kepala Ayyara yang tenggelam di dada bidang miliknya. Dirinya bisa merasakan tubuh Ayyara bergetar menahan tangisnya. "Nangis aja.. Keluarin semua air mata lo yang dari tadi lo tahan."

"Anak kecil ga boleh ngerokok," Suara berat itu membuat Ayyara tersadar dari lamunannya. Ia menoleh ke sumber suara, mendapati Daizar yang sudah berdiri di sampingnya.

Tadinya Daizar hanya ingin mengecek keadaan gadis itu, karena tiga hari ini Ayyara terlihat mengurung di kamarnya.

Ia mengetuk pintunya berkali-kali tetapi tak ada jawaban. Untungnya pintu itu tidak dikunci.

Saat masuk ke dalam, kamar Ayyara terlihat kosong. Ia melirik ke arah balkon dengan punggung gadis yang sedang bersandar pada pagar pembatas itu.

"Anak kecil mana yang bisa stress?" Sarkasnya dengan mengangkat satu alis, menantang Ayah angkatnya itu.

Mungkin perasaanya ke Yuma belum sepenuhnya 'jatuh', tetapi pengaruh dirinya bisa membuatnya merasa kehilangan. Walau tak banyak.

Daizar terkekeh kecil, lalu tangannya merebut bungkus rokok dan korek dari tangan Ayyara dan mengambil satu isinya.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now