22. Coretan di atas meja.

Start from the beginning
                                    

Walaupun pengelihatannya sedikit remang, tetapi Ayyara tahu bahwa genderuwo saat ini sedang memasang ekspreksi takut.

Deru napas genderuwo itu tercekat. "AY, LO BISA LARI GA?!... YANG TADI ITU BENERAN SETAN, ANJRIT!!" Ucap genderuwo itu berteriak dengan nada panik dan napas naik-turun.

"L-lah emang lo bukan setan beneran?!" Ayyara menatap genderuwo sembari mengerutkan alis terkejut.

Genderuwo itu balas menatap Ayyara sebentar, lalu kembali melihat ke arah depan. "bukan!! Ini cuma prank!––"

"––gue Kian, Ayy. Gue Kian! .... Yang tadi itu beneran! Dia mba kunti!!"

Setelah itu mereka berdua demam selama tiga hari.

makannya ia mencurigainya sebagai pengirim kertas berwarna pink itu. Kejahilan seorang Kian itu sangat out of the box. Diluar akal sehat.

Tetapi dugaannya salah, ternyata ini sama sekali bukan kejahilan semata dan yang pasti bukan Kian yang mengirim ini.

Ia yakin itu. Untuk saat ini.

Ayyara menuruni anak tangga dengan santai seperti tak terjadi apa-apa. Sudut matanya menangkap Daizar yang sedang duduk di ruang makan, menunggunya.

"Pagi.." Sapa Ayyara dengan senyum tipis, ia menarik kursi dan duduk di dekat Daizar.

Daizar hanya berdehem sebagai jawaban. Ia ingin mengambil nasi, tetapi dengan cepat Ayyara merebutnya.

"Biar aku aja yang ambilin." Ayyara mulai menyiukkan nasi dan lauk ke piring Daizar dan juga dirinya.

"Selamat makan!" Ayyara tersenyum lembut. Maklum dirinya menyukai sugar daddy seperti karakter 2D kesukaannya. Yakni Daisuke Kambe, Nanami kento, dan Gojo Satoru.

Ah, mengingat mereka ia jadi rindu dunia asalnya. Tontonan disini sangat berbeda dengan yang disana. Meskipun begitu, tontonan disini cukup menarik.

Mereka berdua makan dengan hikmat, tak ada yang mengangkat suaranya ketika makan.

Setelah selesai makan, Daizar baru mengangkat suara. "Aku anterin, ya."

"G-gausah, Dad. Daddy pasti buru-buru kan?"

"Ga juga," Daizar mengelap bibirnya dengan tisu.

"O-oh, yaudah kalo gitu." Balasnya canggung.

Mereka berdua pun langsung bangkit dan melangkah menuju mobil. Tetapi sebelum itu Ayyara memberikan coklat tadi kepada Miya yang berada di depan rumah. "Mba, nih buat mba."

Miya yang sedang mengelap jendela depan rumah pun melirik coklat yang disodorkan.

"Buat mba?"

"Iya lah, masa buat kucing." Balas Ayyara sedikit tertawa.

"Ih maksud mba ga gitu... Maksudnya kenapa dikasih ke mba?" Miya menerima coklat tersebut.

Ayyara menggeleng. "Ya gapapa, harus make alasan emang?"

"Ya ngga juga sih,"

"Ya, yaudah. Aku berangkat dulu, Daddy udah nungguin." Miya mengangguk, tak lupa berucap terima kasih. Ayyara melambai tangan menuju garasi.

"Kenapa lama?" Tanya Daizar saat Ayyara duduk di sampingnya.

Ayyara menatap Daizar sedikit takut. "Maaf. tadi aku ngasih sesuatu dulu ke Mba Miya,"

Daizar mengerutkan alis bingung, "sesuatu?"

Ayyara mengangguk, "coklat."

Daizar malah semakin mengerutkan alisnya. "Coklat?"

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now