EXTRA PART IV + SEQUEL

Start from the beginning
                                    

"Lama di rumah Amara nya?"

Saka menggeleng.

"Sama siapa aja tadi disana?"

"Om Giblan sama Ala aja. Ante Kalin katanya lagi kelual sebental gitu."

Mata Aron kembali tertuju pada Zia. Menajam, menandakan omelan sebentar lagi akan keluar dari mulutnya.

"Berduaan sama Gibran tadi?"

"Ralat. Berempat. Anak kamu sama Gibran nggak di hitung?" jawab Zia santai.

"Nggak punya anak aku sama Gibran."

Tertawa pelan menimpali. "Maksud aku Saka sama Amara nggak kamu hitung?" koreksinya.

"Aku nggak suka kamu sama Gibran terus ketemu." tekannya bulat kini. Masih setia menatap sang istri dengan tatapan serius.

"Entah alasan apapun. Mau Saka yang minta, aku tetap larang kamu buat ketemu Gibran terlalu sering. Apalagi nggak izin kayak gini."

Zia hanya diam. Menunggu Aron mengatakan semua isi pikirannya.

"Biar aku yang anter Saka kalau mau ketemu sama Amara. Kalau nggak, kita bertiga kesana."

Zia mengangguk. "Tadi juga cuma kembaliin sepatu aja. Amara nya masih tidur, jadi juga nggak terlalu lama sama Gibran."

Aron merotasi matanya tanpa ingin menjawab. Ikut menyandarkan diri seperti Saka. Lalu menjatuhkan kepala di pundak kecil milik sang anak.

Saka tertawa geli. "Daddy cembulu, ya?" bisik bocah itu.

"Kesel." akunya jujur pada sang anak.

"Sabal. Mommy nggak akan belpaling dali daddy kok,"

"Om Giblan mah kalah maco sama daddy." lanjutnya yang membuat Aron mengangguk pasti.

"Jelas. Daddy paling maco." ungkapnya sangat percaya diri.

Saka juga mengangguk menyetujui. "Daddy juga olang paling ganteng ke 2 setelah Saka." pujinya juga memuji diri.

Aron melirik. "Gantengan daddy lah. Orang kamu aja foto copyannya daddy. Jelas lebih gantengan aslinya."

"Foto copyan itu apa?"

"Buatannya daddy."

"Emang buatnya Saka dulu gimana?"

Bruk

Aron tersungkur kesamping saat tubuh Saka di ambil begitu saja oleh Zia. Jika tidak di pisahkan dari sang ayah, pikiran anak itu semakin liar.

"Kita main kebawah mau?" tawar Zia mengalihkan topik. Dan yang tersungkur, biarlah tersungkur.

Saka mengangguk. "Mau main ail di kolam lenang."

Zia dan Saka bangkit. Sayangnya tertahan karena tangan Aron yang menahan baju Zia.

"Aku gimana? Ditinggal gitu?"

"Kerja lah mas Aroonn." jengahnya melihat Aron yang merengek.

"Nanti makan siang kesini lagi. Kalau disini terus, kerjaan kamu nggak akan selesai selesai." lanjut Zia membuat Aron menghembuskan nafas lesu.

"Semangat keljanya mas Alon!"

Aron dan Zia sama sama cengo.

"DADAH MAS DADDY ALON!"

Lalu turun dari pangkuan sang ibu dan berlari terbirit birit keluar ruangan.

Zia tertawa pelan dan Aron merengut malas. Bocah itu suka sekali mengejeknya.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now