63 - ZiAron

94.7K 9.1K 2.2K
                                    

• Awal Baru

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Awal Baru

Huwa....

Huwaa......

"Kencengin lagi dek, masak segitu doang?"

HUWAAAAA......

"Kurang keras. Mommy aja belum denger,"

HUWAAAAAAAA

"Malah teriak. Nangis aja sayang."

HUWAAAAAAAAAAA!

"ARON!"

Pintu kamar mandi terbuka lebar. Secepat kilat Aron langsung menggendong Saka dan berusaha menenangkan bayi itu yang sedang menangis.

"Ututu, anak daddy kenapa nangis hm? Cup cup, sayang."

Mata elang Zia terus menatap lelaki itu. Sampai kini langkahnya terhenti tepat di samping ranjang yang diatasnya ada Aron.

Huwaaa hiks hiks....

(Suara bayi nangis gimana sih brok? Capek bgt daritadi mikir itu ˋ﹏ˊ)

"Aku tinggal ke kamar mandi 3 menit belum ada loh. Ini Saka udah nangis lagi?"

"Nyalahin aku kamu?" tanya balik Aron sengit.

"Siapa lagi? Kerjaan kamu tiap hari cuma bikin Saka nangis sampai kejer."

Tertohok bukan main. Ia pun pasrah Saka di ambil begitu saja oleh Zia dalam gendongannya.

"Kalau anak nangis itu di diemin. Jangan malah di buat nangis. Ini sampai merah gini pipinya. Yaampun kasihan banget anak mommy." Zia menepuk nepuk pelan pantat Saka untuk menenangkan sang anak.

"Ya Saka nya masak kamu tinggal 2 menit udah nangis? Padahal ada aku disampingnya. Keliatan nggak suka banget sama daddynya." rajuk Aron yang akan ikut ikut menangis sepertinya.

"Ketauan. Pasti kamu tadi buat Saka makin kejer kan?" todong Zia tak menanggapi kekesalan Aron.

Aron memalingkan wajahnya dengan kesal. Bibir yang sudah ia majukan beberapa senti dengan wajah malas.

Bukan membuat sang anak semakin menangis. Hanya saja Aron suka melihat Saka yang menangis. Mata yang menyipit dan mulut yang mengeluarkan suara itu membuatnya gemas. Memang sangat berbeda bapak satu ini. Maklumi saja. Belum kena azabnya.

Sudah hampir satu bulan, ketiganya pulang dari rumah sakit. Sekarangpun mereka tinggal di rumah peninggalan keluarga Zia. Rumah berlantai 2 sedang. Sangat cukup untuk mereka bertiga.

"Ini bedakin anak juga kayak gini. Kamu niat urusin anak nggak sih?" omel Zia lagi sembari merebahkan tubuh Saka. Bayi itu sudah tidak menangis lagi sejak berada dalam gendongan Zia.

ZiAron [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora