43 - ZiAron

85K 9K 393
                                    

• Runtuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Runtuh

Aron menghentikan mobilnya. Langsung keluar dan berlari menghampiri kerumunan disana. Raut wajah laki laki itu terlihat sangat panik dan khawatir.

Langkahnya terhenti. Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk sekarang. Pandangannya meluruh kebawah dengan tubuh yang hampir ambruk. Bahkan kini ponselnya sudah jatuh kebawah karena tubuh yang benar benar lemas.

"Zia,"

Lirihnya. Pandangannya kosong. Kian kosong melihat seorang yang terbujur kaku di jalanan sana. Bersimbah darah di sekujur tubuh.

"Zia," panggilnya lagi masih tak berkutik ditempat.

Ia ingin mendekat. Ia ingin menghampirinya. Tapi tubuhnya enggan untuk melangkah. Bibirnya kelu untuk terbuka lagi. Bahkan tubuhnya semakin bergetar hebat.

"Aron."

Seorang gadis kini berlari menghampirinya. Wajahnya tercetak senyum dan berdiri didepannya sekarang.

Saat itupun, raut wajah Aron berubah. Yang tadinya melemah, kini mendatar.

Aron tak kuasa. Ia menjatuhkan tubuhnya dalam dekapan gadis itu. Tubuh Aron benar benar bergetar hebat. Matanya terpejam penuh dengan jantung yang masih berdetak tak karuan.

Gadis yang dipeluk itu mengerut aneh kini. Tapi tak ingin melepas juga. Melihat tubuh Aron yang bergetar seperti ini membuatnya tak tega.

Aron masih enggan bergeming. Dunianya hampir runtuh saat ini juga jika gadis yang terbujur di jalan itu adalah Zia. Tuhan masih berpihak kepadanya. Zia masih bisa ia dekap.

"Ini Zia bener kan?" parau Aron dalam.

Zia mengerut. Sedetik kemudian ia tertawa. Tangan mungilnya kini bergerak mengusap kepala Aron diatas sana.

"Ngira aku yaa?" ucapnya masih dengan kekehan ringan.

"Gimana nggak?" Aron menegakkan tubuhnya. Wajahnya sudah berubah. Lega bukan main dan sekarang mengecup berkali kali kening istrinya dengan tangan menangkup.

"Aku denger jelas suara tabrakan tadi. Dan ponsel kamu juga tiba tiba mati. Gimana nggak ngira itu kamu?"

Zia tersenyum geli melihatnya. "Haha. Aron mah. Orang aku gapapa juga,"

"Jangan ketawa." peringat Aron tajam. Zia kicep dengan bibir yang di majukan. Tak kuasa menahan semua yang berkecamuk, Aron mencium bibir itu sekarang.

Iya. Berlanjut.

Bahkan sudah tak menggubris ini tempat umum sekalipun.

20 detik, Aron melepas tautan bibir mereka. Aron menarik tubuh Zia untuk ia dekap kembali. Sangat erat. Tubuh Zia yang dominan lebih kecil, bahkan sangat kecil itu, membuat Aron seperti memeluk anaknya sekarang.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now