46 - ZiAron

82.1K 8.8K 525
                                    

• Cinta

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

• Cinta

Aron membuka pintu kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuh. Menghela nafas pelan melihat Zia sudah tidur lebih dulu disana. Sejak siang tadi, sikap Zia memang berbeda dengannya. Lebih mengacuhkannya membuat dirinya tak nyaman.

Ia memilih berjalan kembali. Merangkak naik keatas tempat tidur dengan menyelimuti tubuh gadis itu sebatas dada.

Tangannya bergerak membelai pelan rambut Zia. Wajah bulat yang sekarang semakin terisi membuatnya tersenyum kecil. Chubby, ia gemas dengan itu.

"Aku buat salah hari ini ya? Kamu cuekin aku bukan karena marah kan?" gumam Aron masih enggan menyudahi aktifitasnya membelai rambut yang istri.

"Zia gini karena baby. Nggak mungkin kamu marah sama aku. Aku aja nggak buat ulah hari ini." lanjutnya tersenyum tipis.

"Maaf ya kalau belum jadi suami yang sempurna. Tapi aku janji zi, aku perbaiki semuanya." lagi, Aron tersenyum diakhir kata.

Terakhir Aron mengecup kening sang istri sebelum kepalanya turun pada perut Zia.

"Sayang,"

"Udah besar kamu disana?" Aron mengusapnya pelan.

"Sehat sehat, ya? Janji kalau baby sehat, daddy kasih hadiah nanti waktu lahir." Aron tersenyum penuh.

Aron memilih untuk mengakhiri obrolannya dengan sang anak. Satu kecupan hadir disana dan berbisik.

"Jangan buat mommy cuekin daddy. Sayang baby."

Perlahan, Aron merebahkan tubuhnya kini. Menatap wajah damai Zia lagi. Istrinya benar benar sudah tidur sangat nyenyak.

Sedikit mengangkat kepala Zia dan menelusupkan satu tangannya untuk menjadi bantal sang istri. Menggeser tubuhnya untuk lebih mendekat dan mendekap Zia. Dan ikut tertidur setelahnya.

••••••

Sekarang Aron sudah dibuat sedikit geram dengan Zia. Gadis itu memaksa akan berangkat ke kampus. Padahal baru saja mual pagi tadi.

"Nggak usah ke kampus aja ya hari ini? Kamu nggak kasihan sama baby ya?" tutur Aron masih memberi pengertian sejak tadi.

Zia tak bergeming. Gadis itu masih senantiasa bersiap tanpa memperdulikan ucapan Aron sejak tadi.

"Zia,"

"Aku mau kuliah ar. Jangan larang larang aku." tegas Zia membuat Aron terdiam sejenak.

"Tapi kamu tau sendiri kamu habis muntah muntah tadi. Pikiran kesehatan kamu."

"Aku nggak lemah." yang kemudian langsung melenggang pergi meninggalkan Aron.

Aron hanya bisa diam sekarang. Melihat istrinya yang pergi tanpa bisa ia cegah. Sejak kemarin, sikap gadis itu benar benar berbeda dengannya. Tapi Aron masih berpikir positif. Zia seperti itu karena anaknya.

ZiAron [END]Där berättelser lever. Upptäck nu