26 - ZiAron

92.6K 10.7K 969
                                    

Bugh!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bugh!

Pelukan keduanya terlepas dengan wajah Gibran yang tertoleh ke samping. Keadaan pun langsung berubah menjadi tegang. Seisi kafe bahkan atensinya tertuju pada seorang lelaki yang secara tiba tiba meninju Gibran.

Gibran menatap sosok itu. Ia kenal. Itu Aron. Dan saat itu dirinya bangkit bersamaan dengan Zia.

"Ar,"

"Maksud lo apa?" tanya Gibran sudah dengan emosi.

Aron tak menjawab. Nafas laki laki itu sudah memburu. Wajahnya memerah menahan emosi. Dan sekarang ia menarik kasar tangan Zia untuk berada di sisinya.

Gibran meliriknya. Sesaat pikirannya bingung. Tapi emosinya semakin menguak saat Aron masih diam saja.

"Maksud lo apa pukul gue?!" bentak Gibran semakin emosi.

"Gibran udah," pergerakan Zia tercekat saat ingin menenangkan Gibran. Cekalan tangan Aron semakin kuat dan kasar.

"Lepasin Zia." Gibran melihat ringisan kecil yang kekasihnya keluarkan.

"Brengsek. Lepasin!"

"Kenapa?" Aron maju menatap nyalang Gibran.

"Lo gila? Dateng dateng pukul gue dan sekarang kasarin Zia?" cerca Gibran emosi.

Aron tertawa hambar.

"Aron udah, kita pulang." tengah Zia merasa panik bercampur semua.

Aron tidak menggubris, melirik saja tidak. Rasa emosinya sudah mendominasi di dirinya sekarang. Dan tak akan pernah mendengarkan siapapun jika sudah seperti ini.

Gibran semakin bingung sekarang. Ada apa? Kenapa Zia sepanik ini? Dan Aron? Kenapa tiba tiba laki laki itu datang dan langsung menyerangnya?

"Lepasin Zia," ucap Gibran lagi menyingkirkan semua asumsi buruknya.

"Lepasin? Kenapa emang?" kini Aron malah bertanya.

"Dia pacar gue."

"Dan dia istri gue."

Deg.

Gibran mematung di tempat. Pandangannya menurun, runtuh. Jantungnya berdegup kencang dengan bibir yang kelu untuk terbuka. Dan saat itu air mata Zia turun begitu saja.

"Gibran," lirih Zia.

Gibran mendongak perlahan. Menatap kosong Zia dengan wajah lemahnya. "Istri?"

Zia menggeleng. Ia berusaha melepas tangan Aron namun naasnya Aron masih kekeh pada pendirian.

"Ke rumah gue besok. Kompleks Indah Permata no 1. Gue jelasin semuanya." ucap Aron yang diakhiri dengan kepergiannya bersama Zia.

Tubuh Gibran luruh kebawah. Terjatuh kembali dalam kursi. Pandangannya masih kosong dengan perasaan yang semakin kacau.

Ada apa ini? Tanyanya terus menerus dalam hati.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now