52 - ZiAron

76.2K 8K 284
                                    

• Takut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Takut

Aron menampakkan kakinya memasuki rumah. Pakaian lusuh dengan wajah acak acakan yang sangat terlihat. Laki laki itu baru pulang jam 12 malam sekarang. Setelah menenangkan pikirannya.

Kaki besarnya terus melangkah dengan pandangan sayu menatap kebawah. Hingga kini kepalanya mendongak dan tak sengaja menemukan sang istri yang terbaring di sofa tengah sana.

Aron terdiam sesaat, hingga kakinya membawa dirinya mendekat. Wajahnya tak berekspresi apapun. Menatap gadis dibawah sana yang tertidur.

"Zia," panggilnya pelan.

Matanya terpejam sebentar. Hingga tubuhnya perlahan jatuh kebawah. Berjongkok, menyamai tinggi kepala istrinya.

Tangan Aron tarangkat. Perlahan bergerak membelai pelan wajah sang istri. Masih sama, tatapan laki laki itu sulit diartikan untuk sekarang.

"Kenapa tidur disini? Nunggu aku pulang?"

"Maaf ya tadi ninggalin kamu dirumah sendiri. Harusnya aku nggak kayak gitu. Tau kamu lagi sama baby, aku malah pergi. Maaf sayang," Aron berkata kembali masih dengan tangan yang berada di kepala Zia.

Keadaan hening kembali. Aron diam. Tak berkata lagi dengan mata masih menatap dalam wajah Zia. Entah apa yang dipikirkan laki laki itu sekarang.

"Zi,"

"Jangan pergi. Aku takut."

Lirihnya pilu. Kepalanya tertunduk kemudian. Mata memejam dengan desiran yang sangat terasa pada hatinya. Aron menahannya mati matian. Hingga cairan bening turun begitu saja dari matanya.

Jika banyak yang menganggap sepele omongan Zia tadi, tidak baginya. Ia sudah berpengalaman dengan kepergian seseorang. Bahkan ucapan Zia mampu membuatnya berpikir keras hingga asumsi fatalnya keluar.

Aron mendongak. Air matanya berhenti. Hanya setetes tapi sangat dalam.

"Jangan pernah bilang yang kayak tadi lagi. Kamu nggak boleh bilang kalau kamu nggak ada. Kamu harus ada. Zia harus sama Aron terus."

"Tetap ada disamping aku sayang,"

"Sampai tuhan ambil aku dulu..."

Laki laki diam kembali. Tangannya terkepal menahan semua rasa yang ada. Hening, bahkan udara dingin sangat terasa menyentuh kulit Aron sekarang.

"Biar aku yang pergi dulu, setelahnya baru kamu." Aron kembali membuka suara pelannya.

"Tapi sebelum itu, kita harus bahagia dulu. Sama baby. Berempat sayang. Aku, kamu, dan dua anak kita nanti. Kita bahagia," Aron terdiam beberapa detik kembali.

"Kadang suka mikir gini, tuhan nggak sejahat itu kan ambil kamu dulu?" setelahnya Aron terkekeh pelan menutupi seluruh kesedihannya.

Aron menggeleng setelahnya. "Tuhan baik. Aku percaya itu. Kamu akan tetap disamping aku sebelum aku yang diambil tuhan."

ZiAron [END]Where stories live. Discover now