15 - ZiAron

111K 10.9K 221
                                    

• Sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Sayang

"Gandengan."

Zia menatap Aron aneh. Menyuruhnya untuk bergandengan dan sekarang malah laki laki itu sendiri yang menggandengnya.

"Kenapa lo?" tanya Zia menatap Aron aneh.

"Biar keliatan romantis." jawab Aron menatap lurus kedepan sana.

"Dih, gak biasanya juga."

"Pasti ada maunya. Lo mau uang saku nambah kan?"

"Ar,-

"Diem berisik bawel!" sentak Aron sedang.

Zia pun hanya bisa menurut. Keduanya pun kembali berjalan dengan tangan mereka yang saling tertaut dibawah.

"Gak pw." gumam Aron yang langsung memindah tangannya di pundak gadis itu. Merangkulnya sembari berjalan.

Zia mendongak lalu kembali menatap kedepan. Saat itu pandangannya langsung menatap sosok gadis yang sekarang berjalan kearahnya dan Aron. Gadis waktu itu yang bercekcok dengan Aron. Tidak lain itu Gisa.

"Pagi Aron," ucap Gisa penuh manis. Mengabaikan seorang yang didekap Aron disamping.

Aron tetap berjalan. Begitupun Zia hanya menurut saja. Dan Gisa jelas masih mengikuti disebelah Aron yang kosong.

"Lo gak mau tanggung jawab gitu habis tampar gue waktu itu?" tanya Gisa sedikit mendongak, melihat ekspresi Aron.

"Ngapain? Lo yang cari gara gara dulu." balas Aron tanpa melirik.

"Kok gue? Cewek di samping lo itu yang buat semua perkara." sarkas Gisa sambil melirik Zia.

Zia tidak menggubris. Buang buang waktu menanggapi gadis tidak jelas seperti itu. Aron pun. Sebenarnya ia sudah hampir terpancing, tapi karena cubitan di pinggangnya dari Zia membuatnya menahan diri.

Merasa di diami oleh keduanya, Gisa sedikit berdecak. Namun kembali tersenyum. Lebih baik mengganti topik saja.

"Ar," Aron menepis tangan Gisa yang akan memegang tangannya itu.

Gisa sabar. "Nanti malem nonton yuk? Apa gue ke rumah lo gimana? Oh iya, gue belum tau rumah baru lo sih. Tapi hal kecil bagi gue buat dapetin alamat rumah baru lo."

"Gimana? Gue bolehkan kerumah lo?" lanjut Gisa penuh percaya diri. Aron tetap diam tak menggubris.

"Ar,-

"Sayang," perkataan Gisa terpotong oleh Aron yang memanggil Zia dengan sebutan sayang. Sayang? Tenang. Hanya sandiwara semata.

Zia mendongak. Keduanya kini sama sama menghentikan langkah. "Nanti malem gimana kalau kita dinner?" tawar Aron penuh lembut.

Zia melirik Gisa. Masih disana. Kembali menatap Aron dengan senyum manis. "Boleh."

Aron mengangguk. "Masuk kelas gih." titah Aron yang karena mereka memang sudah berada di depan kelas Zia.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now