25 - ZiAron

97.1K 9.9K 338
                                    

Kini Aron membawa Zia dalam mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini Aron membawa Zia dalam mobil. Baginya tempat yang pas hanya itu. Uks terlalu banyak orang melihat dan pastinya bisa dilihat dari luar.

"Buka,"

"Gue buka atau lo sendiri yang buka?"

"Zia."

Aron menghembuskan nafas kasar. Tubuhnya mendekat dan kedua tangannya sudah berada di sudut bawah baju Zia.

"Gak mau buka sendiri?" tanya dengan perintah Aron sekali lagi. Zia tetap diam dengan pandangan memaling.

"Oke. Gue buka."

Zia mendorong tubuh Aron. Tidak menolak, Aron menjauhkan sedikit tubuhnya.

"Ganti apa?" tanya Zia malas.

Aron melepas kemejanya dan hanya tersisa kaos putih polos. "Kemeja gue." sambil menyodorkan kemeja hitam itu. Zia menerima.

"Ganti disini." Aron mengunci mobilnya. Gerakan Zia yang akan membuka pintu mobil pun terhenti.

"Gila lo? gak. Cepet buka." ucap Zia masih dengan kilatan emosi pada suaminya.

"Mau ganti dimana? Lo gak mikir kamar mandi awut awutan tadi?"

"Kamar mandi ada banyak." balasnya.

Aron berdecak pelan. "Disini aja kenapa sih? Udah basah kuyup kayak gini juga. Gue suami lo. Gak usah sok sok nutupin."

Hanya ingin membantu gadis itu untuk tidak kerepotan. Toh kaca mobilnya juga tidak akan terlihat dari luar. Jadi aman.

"Cepet ganti Zia. Sakit nanti." ucap Aron lagi melihat Zia masih tak bergeming.

"Gue cuma pake bra Aron. Nanti lo khilaf gimana?!" sentak Zia semakin kesal. Nyatanya memang seperti itu.

Aron terdiam sesaat. "Gak akan. Gue bukan cowok nafsuan."

"Yaudah." putus Zia juga sudah lelah berdebat.

Satu tarikan berhasil membuat sweater hitam yang ia pakai terlepas. Hal itu langsung membuat Aron memalingkan wajahnya walau sudah melihat jelas seluruh tubuh Zia. Untung keadaan genting seperti ini. Jika tidak, sudah pasti ia akan melahap Zia.

Zia segera memakai kemeja Aron. Mengancingi satu persatu dan selesai. Sekarang Zia benar benar seperti raksasa memakai kemeja itu. Terlalu besar di tubuh kecilnya.

Aron melirik. Menghembuskan nafas pelan dengan mata tertutup sejenak. Menetralkan degup jantungnya yang menggila hanya karena melihat tubuh indah Zia.

"Udah kan? Buka sekarang."

Aron menatap Zia penuh. "Mau kemana lagi? Mau ribut lagi?"

"Terserah gue." emosi Zia.

"Bisa gak buat gue emosi?" tegas Aron.

Tanpa menunggu jawaban dari Zia, Aron langsung melesatkan mobilnya. Terserah kalau gadis itu akan marah atau membencinya. Yang terpenting tidak ada pertikaian lagi.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now