20 - ZiAron

108K 10.6K 712
                                    

• Mereka Sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Mereka Sama

Aron dan Zia sekarang sudah sama sama berada di rumah. Bahkan sekarang sudah malam. Tidak ada pembahasan lagi masalah pagi tadi. Tidak di besar besarkan juga.

Sekarang mereka sedang berkutat di dapur. Dengan Zia yang merecoki Aron. Bukan merecoki, ingin membantu. Naasnya di tinggal Aron sebentar ke kamar mandi, kini ia sudah menggosongkan ayam yang di goreng.

"Aaaa tambah gede," mata Zia membulat. Niatnya ingin mematikan kompor, tapi kini malah membuat api di kompor semakin besar. Panik. Jadi bingung dan serba salah.

Untungnya Zia pandai. Ia pun langsung memutar kearah berlawan dan mati. Tapi sayangnya lagi, wajannya sudah terbakar kini.

"AAAAAA GIMANA TOLONGGGG!"

"ARON KEBAKARAN!"

"HUA AYAH BUNDA TOLONGIN ZIA!" Ucap Zia sambil melambaikan tangan pada cctv.

Entahlah. Sepertinya gadis ini ketularan sifat Dea sekarang. Polosnya subhanallah. Padahal air kran juga bisa untuk memadamkan api itu.

"ZIA!" Kaget Aron saat melihat api yang mengobar di wajan. Ia langsung mengambil air di kran yang diwadahi baskom dan langsung mengguyurkan air itu pada wajan yang membuat api padam.

"Kenapa bisa kayak gini astaga Zia?!" geram Aron mencuat dan Zia menunduk.

"Ini gue tinggal 5 menit gak ada.
Udah buat rumah hampir kebakar aja."

Zia mendongak dengan cicit bersalah. "Maaf. Tadi gue terlalu fokus ngirisin wortel, jadi gak liat kalo ayamnya udah gosong. Terus mau gue matiin, gak taunya keputer yang makin gede apinya. Sayangnya pas udah gue puter balik, apinya udah nyala."

Zia kembali menunduk. "Maaf."

Aron kembali menatap gadis itu. "Terus kenapa gak langsung dimatiin apinya?"

"Panik Aron. Gak sempet mikir kesitu."

"Terus sempetnya mikir apa?" sedikit meninggi.

"Mikir teriak teriak minta tolong." aku Zia dengan bibir sedikit maju.

Zia mendekat pada Aron. Masih dengan wajah melasnya dan bibir semakin maju dan jatuh. "Maaf ya? Lain kali gak akan bantu lo masak lagi kok." ucapnya pelan.

Aron membuang pandangan. "Bibir juga gak usah di majuin segala."

"Kenapa? Namanya juga cemberut." Zia malah semakin memajukan bibirnya. Hingga matanya bisa melihat bibirnya yang maju itu.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now