"Ih kan," Aron menahan tangan Zia yang juga langsung terduduk sempurna.

"Cium juga sayang!" perintahnya tak mau ditawar ataupun tolak.

"Belum mandi kan? Pasti bau. Males ah." godanya yang berhasil membuat wajahnya menjadi sasaran Aron. Seperti tak terima di katakan bau, Aron mengecupi seluruh bagian wajah sang istri. Tak tertinggal satu bagian pun.

"Bilang aku bau sekali lagi. Nggak aku kasih tidur kamu malem ini." tekan Aron yang malah mendapat gelak tawa dari Zia.

"Nganceman." cibirnya tanpa takut sedikitpun.

"Oh nantangin?"

Gadis itu seketika bungkam dan menggeleng. Ia mengusap wajah sang suami yang semakin kesal itu dan memberi kecupan manis di bibirnya.

"Udah di cium. Jadi aku bisa tidur malem ini." serunya tersenyum penuh.

Aron memutar mata malas. Tapi diam diam juga menahan senyum. Laki laki itu kan gampang sekali salah tingkah karena istrinya.

Tak menanggapi Aron lagi, Zia kembali melangkahkan kaki untuk mengeringkan rambut dengan hair dryer. Aron pun juga kembali bergulat dengan Saka yang terlupakan tadi.

Drrrtttt drrtttt

Ponsel Aron bergetar di atas meja sana.

"Hp kamu bunyi itu," beritahu Zia pada Aron yang keasikan dengan Saka.

"Ambilin, sayang."

Zia pun menurut. Ia mengambilkan ponsel itu yang tidak sengaja membaca nama kontak yang sedang menelepon ponsel sang suami.

"Bunda, ar."

Aron menyerngit. Ia menerima ponsel itu. Berpikir sejenak yang kemudian menggeser tombol bewarna merah di layar sana. Dan Zia yang melihat itu langsung menatap Aron dengan keseriusan.

"Kenapa nggak di angkat?"

"Ngapain juga di angkat?"

Zia menghela nafas pelan. "Kan katanya kemarin mau baikan sama ayah bunda. Masak bunda telpon nggak kamu angkat?"

Aron membuang pandang dengan raut yang sudah berubah sejak tadi. Sampai ponselnya kembali berdering. Dan nama Arina lah yang kembali terpampang jelas disana.

"Aku aja kalau gitu yang angkat," terlihat masa bodo. Aron membiarkan Zia mengambil ponselnya.

"Aron,"

Zia sedikit mengerutkan kening mendengar nada bicara Arina yang tak seperti biasanya.

"Ini Zia nda."

"Zia?"

"Iya?"

"Ayah masuk rumah sakit, nak."

Deg

••••••

Sepasang laki laki dan perempuan kini tampak terburu buru dalam langkahnya. Melangkah di sepanjang koridor bercat putih dengan banyaknya orang orang yang juga berlalu lalang.

Sampai akhirnya langkah keduanya terhenti. Terhenti tepat berhadapan dengan wanita paruh baya yang sedang terduduk sendiri disana.

"Aron,"

Pandangan Aron luruh melihat ibundanya.

Laki laki itu kembali melangkahkan kaki. Lebih mendekat yang langsung di sambut oleh pelukan hangat dari sang ibu. Namun tubuh laki laki itu masih tak bergeming. Senantiasa diam dengan mata menatap lurus kedepan.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now