34. Hi

312 76 26
                                    

"Ibu, Ibu akan mengantarku hari ini kan?"

"Ibu tidak bisa, Sayang. Hari ini kau pergi bersama paman Jack saja, ya."

Seulgi memperbaiki riasannya. Mengabaikan tatapan sendu Hana yang sedari tadi menarik ujung bajunya.

"Tapi Ibu telah berjanji."

"Lain kali, ya? Hari ini Ibu harus hadir di pertemuan penting."

"Apa Hana tidak penting?"

Kalimat yang keluar dari mulut bocah berumur empat tahun tersebut membuat Seulgi berhenti dan berbalik menatap Hana.

"Tidak ada yang lebih penting darimu, Sayang."

"Ibu bohong!"

"Ibu tidak bohong. Kau adalah segalanya untuk Ibu. Kau adalah keajaiban."

"Lalu kenapa Ibu tidak mau mengantarku?"

"Hari ini ada pertemuan yang tidak bisa Ibu batalkan. Ibu janji, sebagai gantinya, Ibu akan mengantarmu seminggu penuh."

Hana membuang napas panjang. Ia mengambil ranselnya yang tergeletak di atas kasur dan berjalan keluar dari kamar ibunya.

Langkah mungil membawa dirinya menuju ke ruang makan. Tempat di mana ayahnya tengah meneguk secangkir kopi dengan sebuah tablet di depannya.

"Ayah."

"Haiii, Putri kesayangan Ayah."

Im Jaebum mengangkat tubuh Hana dan membawanya ke atas pangkuan.

"Kau terlihat tidak bersemangat. Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa."

Hana menyandarkan tubuhnya ke dada bidang ayahnya. Pandangannya menyapu ke sekitar. Hinga iris kelamnya mendapati sesuatu yang tampak familiar.

"Uhm? Bukankah dia ibu peri?" Hana memajukan tubuhnya melihat tablet yang menampilkan sosok seorang wanita cantik di dalamnya.

"Ibu peri?" ulang Im Jaebum.

"Iya. Bibi ini sangat cantik dan baik. Dia benar-benar seperti seorang peri."

Im Jaebum hanya bisa mengiyakan perkataan anaknya dalam hati.

"Tapi kenapa dia ada di sini? Apakah dia seorang artis?"

"Ayah tidak tahu. Ayah belum bisa memastikan siapa dirinya."

"Ayah..."

"Hm?"

"Siapa yang lebih cantik, Ibu atau ibu peri?"

Pertanyaan Hana membuat Im Jaebum bungkam. Entah mengapa rasanya ia kembali ke masa lalu. Masa dimana harus memilih satu orang, Seulgi atau Sooyoung.

"Apa pertanyaan ku sesulit itu?"

Im Jaebum menggeleng cepat.

"Kalau begitu cepat katakan!"

"Ibumu."

Hana tersenyum manis mendengarnya.

"Iya, bagi laki-laki tidak ada yang lebih cantik dari istrinya. Ayah harus berjanji, meskipun Ibu pemarah, Ayah tidak boleh meninggalkannya. Okay?"

"Kau sangat pandai bicara."

"Ayah belum berjanji!"

"Baiklah... Ayah... janji."

Tiga kata yang keluar dengan mulus. Meskipun hati Im Jaebum sangat sulit mengiyakan.

>>>

Married With Mr. CEOWhere stories live. Discover now