5. Kemeja Putih

506 102 22
                                    

Pagi yang cerah menyambut penglihatan Sooyoung saat membuka pintu. Bukan hanya itu, seorang pria tampan yang berdiri di depannya juga lumayan sebagai pencuci mata.

"Yaa! Apa yang kau lakukan di depan rumahku?"

"Menunggumu."

"Untuk?"

"Kau akan ke kantor, bukan? Akan aku antarkan."

"Apa kita akan naik bus?"

"Kau tidak lihat style ku?" Yugyeom memutar dengan estetik memamerkan gaya anak motornya.

"Kau tidak lihat style ku?" Yugyeom memutar dengan estetik memamerkan gaya anak motornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah." Sooyoung tersenyum mengiyakan sebelum menggandeng lengan Yugyeom menuruni tangga menuju tempat motornya di parkir.

Yugyeom mengulurkan helm kepada Sooyoung. Baru saja gadis itu ingin mengambilnya, Yugyeom dengan cepat menarik kembali tangannya.

"Kenapa?"

Yugyeom tidak menjawab. Ia melangkah mendekat dan memakaikan helm tersebut langsung di kepala Sooyoung.

"Aku bisa memakainya sendiri."

"Selesai." Yugyeom memukul pelan kepala Sooyoung setelah mengancingkan helm gadis itu. Namun sesuatu menarik perhatiannya. Benda yang tersemat di jari manis Sooyoung tampak baru.

Menyadari tatapan Yugyeom, Sooyoung mencoba memberi penjelasan. "Cincin ini imitasi. Aku membelinya beberapa hari lalu. Terlihat seperti asli, kan?" Sooyoung tertawa renyah berharap pria di depannya percaya.

"Aku akan membelikanmu yang asli dan menyematkannya di tempat itu suatu saat nanti," tukas Yugyeom menunjuk jari manis Sooyoung.

Rasanya Sooyoung seperti orang jahat. Menyembunyikan fakta yang sangat besar kepada sahabatnya bukanlah hal yang benar. Tapi menceritakannya pun tidak akan mengubah apa-apa. Lagi pula ia tidak yakin apa pernikahannya akan bertahan.

Yugyeom naik ke motor diikuti Sooyoung di belakang. Ini pertama kalinya sejak setahun belakangan Yugyeom kembali mengendarai motornya. Biasanya pria itu hanya mengendarai motor di ulang tahun Sooyoung untuk mengajaknya jalan-jalan ataupun saat terjadi hal baik lainnya.

Menghirup udara pagi secara langsung tanpa terhalang kaca bus menjadi hal yang tidak disia-siakan oleh Sooyoung. Rasanya sangat menenangkan membelah padatnya kota Seoul dengan mengendarai sepeda motor.

Perjalanan sejauh lima belas kilometer tidak terasa. Sooyoung sudah harus turun di depan kantornya.

"Hati-hati di jalan." Sooyoung melambaikan tangan dan berlari kecil masuk ke halaman kantor.

Pikirannya teringat satu hal. Ia mengangkat tangannya dan menatap lekat-lekat ke arah cincin pernikahannya. "Kau terlalu mewah untuk berada di tanganku," gumam Sooyoung seraya melepaskannya.

Sebuah senyum yang dipaksakan terbit di wajahnya. Sama seperti cincin itu yang terlalu mewah, Im Jaebum juga terlalu sempurna untuknya.

Setelah memasukkan cincin di dalam tas, langkah Sooyoung tertahan karena pria yang baru saja melewatinya.

Married With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang