20. Lingkungan Baru

356 73 2
                                    

Sooyoung menatap halaman depan rumah yang ditempatinya di Gangwon. Sebuah rumah yang sederhana, tidak seperti dalam bayangannya sebelumnya.

Letaknya cukup terpencil.  Butuh beberapa belokan kecil untuk sampai di sini. Ditambah wilayah sekitar masih berupa hutan, menambah heningnya suasana yang dirasakan.

Saat ini Jaebum tidak di rumah. Ia hanya menurunkan barang milik Sooyoung, menunjukkan kamar, lalu pergi bekerja. Irene juga berkutat dengan laptopnya, menyelesaikan pekerjaan dari jarak jauh. Sedangkan Jackson? Iya, tugasnya adalah menjaga Sooyoung di sini. Dan itulah yang benar-benar ia lakukan. Duduk di kursi sebelah gadis itu. Menatap waspada ke segala arah.

Rasanya Sooyoung seperti tahanan rumah. Atau mungkin buronan yang sedang sembunyi dari kejaran polisi? Entahlah. Yang jelas keadaannya hampir sama. Tertekan dan tak bebas.

"Apa aku boleh berkeliling di sekitar sini?" tanya Sooyoung yang sudah mulai bosan.

"Tidak!"

"Ayolah, hanya sebentar."

"Tidak!"

"Aku akan kembali dalam sepuluh menit... Tidak, lima menit. Aku hanya akan jalan-jalan di sekitar sini lima menit."

"Tidak!"

Sooyoung menghela napas kasar. Jackson seperti sebuah robot yang diberi nyawa. Entah kenapa sikapnya benar-benar berubah, sejak skandal yang terjadi antara Sooyoung dan Jinyoung.

"AWW...."

Suara yang berasal dari dalam membuat Sooyoung dan Jackson saling bertatapan sebelum bangkit bersamaan.

Jackson segera berjalan masuk ke tempat asal suara teriakan Irene. Begitupun Sooyoung, ia mengikut.

"Ada apa?"

"Apa kau tidak lihat?" wanita itu tampak kesakitan memegang pinggulnya dalam posisi duduk di depan kamar mandi.

Jackson melangkah mendekat dan mengangkat Irene, lalu menggendongnya ke ruang tengah.

Melihat situasi yang sepertinya bisa dimanfaatkan, Sooyoung bergerak pergi dari sana. Ia berjalan keluar dari rumah dengan mengendap-endap. Memakai sandal jepit yang dibawanya dan melangkah pergi.

Seperti yang dikatakan pada Jackson, Sooyoung hanya akan membunuh kebosanannya. Ia perlu berjalan-jalan sebentar melihat lingkungan seperti apa yang akan ditinggalinya mulai hari ini.

Cukup jauh berjalan, tidak kunjung ada pemukiman yang ditemukan. Tempat ini benar-benar terpencil.

Sooyoung hampir menyerah dan hendak berjalan kembali ke rumah. Tetapi seorang wanita tua yang memikul seikat kayu bakar menarik perhatiannya. Ia mendekat ke perempuan yang mungkin berusia enam puluhan tahun itu.

"Selamat sore, Nek," sapa Sooyoung ramah.

"Kau siapa?"

"Uhm... Jangan takut. Aku bukanlah orang jahat."

Mata nenek tersebut meneliti setiap inci tubuh Sooyoung. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sesaat kemudian ia mengangguk dan tersenyum. "Kau terlihat seperti orang baik."

"Iya, Nek. Tentu saja! Aku sudah mengatakannya."

"Tapi aku belum pernah melihat mu di sini?"

"Iya. Aku baru saja datang hari ini. Aku tinggal di rumah yang terletak di ujung sana." Sooyoung menaikkan tangannya menunjuk ke arah rumahnya.

"Apa yang kau maksud rumah pria tampan yang baik itu?"

Sooyoung tidak menjawab. Ia berpikir keras. Jika nenek itu hanya mengatakan 'pria tampan' mungkin Sooyoung akan langsung mengangguk, karena Im Jaebum memang sangat tampan. Tapi 'baik'? Entahlah. Itu kalimat paling meragukan.

Married With Mr. CEOWhere stories live. Discover now