9. Rumah Kita

472 99 14
                                    

"Kalau begitu aku akan membahas sesuatu yang serius. Apa benar kau ingin bercerai dariku?"

Sooyoung menatap sorot mata yang tak setajam biasanya itu.

"Kalau kau belum bisa menjawabnya sekarang, tidak masalah. Kau bisa mengatakan padaku kapanpun kau mengambil keputusan."

"Tidak. Aku akan menjawabnya sekarang."

Rasanya kesempatan untuk berbicara serius dengan Im Jaebum sangat langka. Jika ada kesempatan seperti ini Sooyoung harus memaksimalkannya. Tentang keputusan yang akan diambil, Sooyoung hanya mengikuti kata hatinya, bukan logika. Lagi pula kehadiran Irene yang ia takutkan hanya sekedar salah paham.

"Aku tidak ingin bercerai."

Sooyoung tidak dapat memastikan apakah yang baru saja muncul di wajah pria yang mendengar penuturannya itu adalah sebuah senyum tipis. Jika bukan, anggap saja Sooyoung berhalusinasi.

"Bisa aku menumpang di sini?"

Alih-alih menanggapi pernyataan Sooyoung, Im Jaebum justru mengatakan hal yang membuat Sooyoung gagal paham.

"Maksudnya?"

"Jackson membawa pergi mobilku."

"Lalu?"

"Aku tidak bisa pulang."

"Kau ingin menginap di sini?" Sooyoung menutup mulutnya setelah berbicara cukup keras.

Pria itu mengangguk kecil. Sooyoung benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang.

"Ini bukan kali pertama. Kenapa kau sangat gelisah?"

Pria itu berlalu setelah mengucapkan kalimat yang terdengar meremehkan. Mau tidak mau Sooyoung berjalan mengikuti di belakang.

Tanpa rasa sungkan sedikit pun Im Jaebum merebahkan tubuhnya di kasur kecil milik Sooyoung.

Baru saja hendak memprotes, perhatian Sooyoung teralihkan pada noda merah yang terlihat kontras dengan spreinya yang berwarna putih. Kembali menatap wajah pria itu, namun matanya sudah terpejam.

Sooyoung menatap lantai yang tadi ditapaki Im Jaebum. Ada noda darah sepanjang jalan dari pintu hingga ke kasur.

Dengan cepat Sooyoung berjalan mendekat dan jongkok di depan Jaebum. Melihat noda darah yang tampak menyatu dengan hoodie hitam yang dikenakannya.

"Bangunlah! Bangun!" Sooyoung menggoyangkan tubuh Jaebum pelan.

"Ya! Jangan pingsan di sini!" Gadis itu memberanikan diri memegang bagian hoodie yang basah akibat keluarnya darah.

"Mr. Jay, bangun! Ya! Im Jaebum! Bangunlah Im Jaebum!"

"Apa kau bisa diam?"

Sooyoung menegakkan kepalanya menatap wajah Im Jaebum.

"K-kau berdarah..." lirih Sooyoung masih memegangi perut Jaebum.

"Kau punya kotak P3K?"

"Iya. Tapi, kau seharusnya dibawa ke rumah sakit dalam kondisi seperti ini."

"Berhenti bicara dan turuti perintahku!" Keangkuhan Jaebum kembali.

Sooyoung tidak punya pilihan lain. Ia memilih menurut daripada berdebat panjang dan bisa saja berakibat buruk. Setelah mengeluarkan kotak P3K dari lemari di sebelahnya, Sooyoung enggan beranjak.

"Kau bisa pergi!"

"Kenapa?"

"Pergi dari sini!"

Married With Mr. CEOWhere stories live. Discover now