49. Paru-paru untuk Alena

242 87 363
                                    

Part 49 nya nih hehe.

Happy reading<3

Satu part lagi end, yuhu💗

Baca pelan-pelan, ini part nya cukup panjang hehehe.

Terus rekomendasi dan promosiin cerita ku ini, ya! Siapa tau ada penerbit yang ngelirik cerita ini dan ingin menerbitkan cerita ini, ehehe ^.^ aamiin.

"Tuhan itu adil, hukum karma itu berlaku. Siapa yang menyakiti akan tersakiti juga, pada akhirnya."

****

Dewandaru masuk kedalam rumahnya dengan perasaan lelah, ia sudah belajar untuk mengurus perusahaan Danendra masih dengan bantuan ayahnya.

Daru melihat Thania yang sedang memasak untuknya, sampai saat ini ia masih belum terima bahwa Thania menjadi istrinya.

Thania meringis sesekali sambil meremas perutnya membuat Daru menatapnya khawatir. "Lo kenapa, Thania?" tanya Daru.

"D-daru-" belum sempat Thania menjawab, ia dan Daru di kejutkan oleh darah yang tiba-tiba mengalir dari kaki Thania.

"Darah apa itu, Than? Lo pendarahan?!" tanya Daru panik.

Daru dengan cepat mengendong tubuh Thania menuju garasi mobilnya. "Sakit, shh!"

Sampai di garasi, Daru dengan cepat membawa Thania untuk masuk ke dalam mobilnya. "Sabar, Than." gumam Daru.

Setelah itu, Daru melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sakit terdekat.

***

Alena melajukan mobilnya dengan perasaan kesal, ia dapat kabar bahwa tuan Sam kini mendekam di penjara.

"Ini pasti gara-gara lo Aleta!" jerit Alena penuh amarah.

"Gue mau lo mati, bukan malah menjarain ayah Sam!" jeritnya lagi. Pandangannya menjadi sangat tajam.

Sam Arasya Cecilia pernah mengambil Alena saat dirinya masih berada di panti asuhan, tuan Sam memberikan dia fasilitas dan kasih sayang yang cukup. Namun, ia harus di kembalikan lagi ke panti karena orangtua kandungnya mencari dirinya, ah menyebalkan.

Satu pesan masuk dari ponsel Alena, dengan cepat Alena membaca pesan itu.

Sandra: Aleta masih hidup, gue liat dia di zhak's hospital. Banyak banget yang jagain dia.

Begitulah isi pesan dari Sandra, orang yang Alena suruh mencari dimana keberadaan Aleta.

Alena tersenyum miring sambil menatap kaca di dalam mobilnya tajam. "Berarti gue yang harus bunuh lo, pake tangan gue sendiri."

"Gue benci banget sama lo."

Alena terkekeh pedih. "Lo bisa liat ayah kandung kita, lo tinggal sama mami selama ini. Sementara gue? Gue nggak bisa liat ayah kandung gue sendiri," lirih Alena.

"Gue mau liat ayah, gue mau peluk dia."

"Tapi itu cuma khayalan semata gue."

Alena melajukan mobilnya dengan kencang, otaknya sedang berfikir keras bagaimana ia bisa membunuh Aleta dengan cepat dan tanpa di ketahui orang-orang bahwa Alena itu pembunuh.

Saking sibuk memikirkan itu semua, Alena sampai tak sadar bahwa ada mobil truk dari arah depan ingin menabrak mobilnya.

Sepertinya truk itu rem-nya blong, mobil truk itu semakin mendekat, dan.....

BRUAK!

Mobil Alena terpental jauh, sementara truk itu sudah tidak berjalan.

"Shh," rintih Alena.

RATSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang