37. Ancaman Helena

152 83 121
                                    

Part 37 nya nih.

Happy reading<3

Komen di setiap paragraf ya-!

Ketika dua saudara saling membenci bukan saling menyayangi apalagi melindungi

***

Aleta melangkahkan kaki nya masuk ke kediaman wijaya, pemandangan pertama saat dia Aleta masuk di melihat Alena yang masih menangis dan maminya yang terus menenangkan Alena agar dia berhenti menangis, sementara Gustira ada di samping Helena, Gustira hanya dia. Sepertinya kepala Gustira sakit karena mendengar Alena yang terus menangis.

"Mami, Feri enggak boleh pergi hiks," isakan Alena semakin kencang.

"Biarin dia pergi dengan tenang," ujar Helena seraya mengusap pelan bahu Alena yang bergetar hebat.

Aleta berjalan pelan menuju Alena maminya dan Gustira, dia menatap Alena tajam.

Plak!

Satu tamparan yang di layangkan oleh Aleta mendarat di pipi Alena yang mulus.

"Kenapa kamu nampar, Alen?!" bentak Helena dan menatap Aleta nyalang, bisa-bisanya Aleta menampar pipi Alena dengan kencang seperti itu.

Aleta tak memperdulikan bentakan dari Helena, dia menjambak rambut Alena dengan paksa. "Sakit, Aleta. Shh," ringis Alena.

Helena yang melihat itu langsung menampar Aleta, agar Aleta melepaskan jambakannya pada Alena.

Plak!

Pipi Aleta berdenyut nyeri, dia memegang pipinya yang nyeri itu lalu membentak Alena.

"LO, PEMBUNUH!" bentak Aleta sambil menunjuk tepat di wajah Alena yang penuh dengan air mata.

"AKU BUKAN PEMBUNUH!" balas Alena tak kalah kencang suaranya.

"LO ITU BENCINYA SAMA GUE, ALEN. HARUSNYA LO BUNUH GUE! BUKAN MALAH BUNUH FERI, SIALAN!" bentak Aleta, pandangannya memburam. Aleta bersusah payah menahan air matanya agar tidak keluar.

Alena terdiam, air matanya masih mengalir dengan deras.

"Kamu gak boleh nyalahin Alen atas kematiannya Feri!" sahut Helena dengan nada tinggi.

"Feri meninggal itu udah taqdir!"

Aleta tersenyum miring. "Mami bisa enggak jangan nyalahin Leta atas kematian ayah? Enggak, kan? Kalo Mami bisa gak nyalahin Leta atas kematian ayah, Leta bakal berusaha buat nggak nyalahin Alena atas meninggalnya Feri," ujar Aleta mampu membuat mulut Helena seakan terkunci.

Skakmat! Helena terdiam membisu.

Aleta berpaling menatap Alena dengan sangat tajam. "Gue bisa aja menjarain lo, karena lo... udah bunuh Feri."

Alena menggeleng keras. "Aku enggak mau di penjara, mi! Bilang ke Leta kalo aku bukan pembunuh!"

Helena menatap Aleta masih dengan nyalang. "Kalau kamu menjarain Alena, kamu siap-siap aja buat pergi dari rumah ini. Bahkan saya mengizinkan kamu, untuk pergi dari dunia ini, asal saya tidak melihat wajah kamu, Aleta!" ancam Helena begitu keji.

Hatinya berdenyut nyeri, mengapa Helena sangat membela Alena? Bahkan Alena berbuat kesalahan pun, ibu itu tetap membelanya.

"Segitunya Mami belain Alena, Mami sayang banget sama Alena, ya?" tanya Aleta seraya tersenyum pahit.

"Mami enggak pernah belain Leta. Mami enggak pernah sesayang itu sama Leta. Bahkan mami ngizinin Leta buat pergi dari dunia ini," Aleta mengatur napasnya yang mulai sesak.

RATSELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang