41. Semesta yang suka bercanda

170 81 119
                                    

Part 41 nya nih.

Happy reading<3

Kadang orang yang kita anggap baik ga selamanya baik, dia akan meninggalkan rasa kecewa atau sakit hati suatu saat nanti

***

Satu minggu kemudian.

Ini adalah ujian terakhir kenaikan kelas, Aleta berharap ia bisa mendapatkan nilai yang cukup besar.

Gadis dengan wajah yang semakin pucat itu keluar dari kelasnya saat mendengar bel pulang berbunyi, ia sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kemana Alvaro? Ia berpikir bahwa Alvaro menghindar darinya, apakah Alvaro ikut membenci Aleta, seperti mereka? Saat jadwal kemoterapi pun, Aleta tak melihat Alvaro dirumah sakit, padahal Alvaro berjanji untuk menemaninya.

Kata dokter Nando saat itu, tuan Sam akan segera dipenjara, tinggal tunggu waktunya saja.

Aleta keluar dari sekolah menuju parkiran sekolah, ia melihat Sela yang menangis di depan mobilnya. Gadis itu  menatap Sela dengan tajam.

"Sel, lo nangis di depan mobil gue," ujar Aleta saat dirinya sudah berada tepat di samping Sela.

"Aleta––"

"Gue mau pulang, lo minggir!" bentak Aleta kelepasan.

Sela terkejut, ia langsung menepi.

Aleta masuk kedalam mobilnya, lalu menutup pintu mobil kelewat kencang.

Ia menjalakan mobil itu dengan kecepatan sedang.

Ponselnya tiba-tiba berdering, mau tak mau, gadis ini harus mengangkatnya. "Mami Helen,"" gumam Aleta saat melihat nama maminya yang tertera di atas ponsel.

"Halo, Mi," sapa Aleta.

"Kamu pulang sekarang, Aleta!" bentak Helena disebrang sana membuat gadis itu terkejut.

"Kenapa, Mi?" Aleta mengenyitkan dahinya.

"Alen bilang ke mami, kalo kamu suka narik rambutnya bahkan selalu nampar pipinya sama bentak-bentak dia, akhir-akhir ini," jawab Helena mampu membuat Aleta menghela napasnya gusar.

Gadia ini memejamkan matanya, ia memang pernah menjambak, menampar, bahkan membentak Alena, si ratu drama. Tapi hanya sekali, itu pun saat dirinya sedang kesal, karena Alena dengan sengaja membuang semua obat yang berada di kamar Aleta.

"Mami bakal kasih hukuman ke kamu, apa salah Alen? Sampai-sampai kamu tega berbuat itu semua, Aleta?" tanya Helena, nadanya terdengar begitu ketus.

Dada Aleta berdenyut nyeri saat mendengar pertanyaan dari Helena. Akhir-akhir ini Helena memang sering membela Alena, selalu bersama Alena, bahkan menganggap Aleta tak ada di dunia ini.

Setiap hari Helena akan membanding-bandingkan Aleta dengan Alena. Alena yang lebih cantik dari Aleta, Alena yang mendapatkan nilai lebih besar dari Aleta. Alena yang selalu membuat Helena bangga dan bahagia. Alena yang selalu sehat, tak seperti dirinya yang selalu sakit-sakitan.

"Terserah mami mau hukum Aleta kayak gimana," balas Aleta ketus.

Aleta langsung mematikan panggilan telponnya sepihak membuat Helena menggeram kesal karena ulahnya disana.

***

Aleta tidak langsung pulang ke rumahnya, ia ingin menemui Alvaro terlebih dahulu.

"Alvaro!" Ini sudah ketiga kalinya Aleta memanggil nama laki-laki itu. Tadi, Aleta memberikan salam, namun tak ada satu pun orang yang menjawab salamnya.

Rumah Alvaro sunyi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Di mana Alvaro dan Sena?

Bogor pukul 19.00, rintik demi rintik air hujan mulai membasahi permukaan bumi disusul oleh gemuruh kilat dan suara petir yang terdengar menyeramkan membuat Aleta mendadak panik seketika.

RATSELWhere stories live. Discover now