21. Pembalasan

205 125 71
                                    

Happy reading guys<3


"Hati manusia seperti kendi. Tak ada yang bisa melihat isi nya, sehingga kejernihannya hanya dapat dilihat, dari apa yang di keluarkan nya."

****

UKS.

"Pelan-pelan, Sil." rintih Cakra saat Sesil menempelkan sebuah kapas pada sudut bibirnya.

"Lembek," ejek Sesil lalu membereskan barang-barang yang telah ia gunakan untuk mengobati Cakra.

Sesil mengehentikan kegiatan nya sejenak. "Maaf, ya."

"For?" Cakra mengerinyitkan dahinya.

"Gara-gara gue lo jadi ditonjok sama Arya." jawab Sesil penuh rasa bersalah.

"Hei. Santai aja kali. Gua juga udah biasa diginiin. Udah kebal gua," ujar Cakra berusaha menghibur Sesil. Namun Sesil masih tampak murung.

Cakra menangkup kedua pipi Sesil. "Jangan kebiasaan nyalahin diri sendiri. Gak semua kesalahan itu, kesalahan lo."

Sesil tersenyum.

"Makasih, ya. Udah mau ada buat gue di saat semuanya pada ngejauhin gue," ujar Sesil kemudian diangguki Cakra.

"Itu gunanya temen."

***

Sesil keluar dari sebuah caffe. Tampak Cakra tengah menunggu diparkiran sembari duduk pada mogenya.

"Gimana?" tanya Cakra. Sesil tampak menunduk.

"Diterima dong!" seketika Sesil tertawa girang begitu pun juga dengan Cakra.

"Makasih udah bantuan gue cari kerjaan," ujar Sesil kemudian memeluk Cakra.

Deg!

Jantung Cakra seketika berdetak sangat kencang. Rasanya seperti ingin meledak ditambah Sesil makin memeluk nya erat.

"S-santai aja kali, S-Sil." balas Cakra lalu tertawa garing.

Sesil melepaskan pelukannya. "Lo kenapa, Cak? Kok pucet gitu?" tanya Sesil sembari menatap Cakra.

"H-Hah? Eng-enggak kok. Udah ayo gua anter pulang. Udah sore juga," ajak Cakra lalu memberikan helm pada Sesil.

Cakra memundurkan motornya, lalu menyalakan nya. Dan setelah adegan berikutnya, mereka pun pergi dari caffe yang mereka datangi 15 menit lalu.

Sesil tengah mencari pekerjaan paruh waktu untuk membantu Ibunya. Ia tak mungkin hanya diam dan terus menangisi segalanya. Sesil akan mencoba bangkit, bersama Cakra.

*

"Assalamualaikum, Bu. Aku pulang!" teriak Sesil dari teras sembari melepas sepatunya.

"Masuk dulu, Cak." ajak Sesil tersenyum ramah.

"Sorry ni ye. Udah sore, Sil. Gua pulang dulu mau mandi."

"Oh mandi sini aja gapapa kok."

"Tapi mandinya sama lo," ujar Cakra, kemudian mendapat cubitan dari Sesil.

"Bercanda elah. Baperan amat si lo," Cakra mengelus-elus tangan kirinya yang baru saja dicubit Sesil.

"Udah sana pulang aja!" usir Sesil cemberut.

"Dih ngusir." Cakra tersenyum lalu mencubit pipi Sesil. Kemudian berjalan menuju motornya.

Sesil melambaikan tangannya tatkala Cakra mulai keluar dari halaman rumahnya.

RATSELWhere stories live. Discover now