45. Arti Cinta sesungguhnya

192 78 225
                                    

Part 45 nya nih.

Happy reading<3

Vote dan komen sebanyak-banyaknya ya geis!<3

"Bagi dunia mungkin kamu hanya seseorang, tapi bagi seseorang mungkin kamu dunianya."

***

Alvaro masuk ke dalam ruangan ICU dengan perasaan yang tidak karuan, perasaan bersalah seketika menyeruak di hatinya ketika ia melihat wajah Aleta yang di pasangi ventilator di hidungnya dan ada Electrocardiogram serta monitor tepat di samping Aleta.

Ventilator (alat bantu pernapasan) adalah sebuah mesin yang menyediakan ventilasi mekanis dengan menggerakkan udara yang bernapas ke dalam dan keluar dari paru-paru, untuk memberikan napas kepada pasien yang secara fisik tidak dapat bernapas, atau bernafas kurang

Elektrokardiogram adalah tes untuk mengukur aktivitas elektrik atau kelistrikan jantung. Dalam setiap detak, impuls atau gelombang elektrik bergerak melalui jantung.

Monitor adalah alat medis yang merekam ritme jantung secara terus-menerus.

Alvaro menatap sekelilingnya di dalam ruangan ICU, di ruangan ini ada banyak sekali alat-alat medis. Ada monitor, ventilator, defibrilator (alat kejut jantung), selang makanan, selang infus, kateter dan yang lainnya.

"Aleta?" gumam Alvaro sangat pelan ketika ia sudah berada di samping Aleta.

"Kapan lo bangun? Gue udah kangen nih," ujar Alvaro dengan nada serak.

Alvaro mengusap lembut tangan Aleta.

"Gue egois, nggak seharusnya gue mikirin diri gue sendiri. Nggak seharusnya gue jauhin lo cuma buat ngilangin perasaan ini dan karena ancaman dari Alvaraze sama ancamannya Mami lo."

"Gue tau lo sakit, tapi gue malah biarin lo buat nikmatin rasa sakit itu."

"Rasanya pasti sakit banget, ya? Udah kena leukimia, di vonis gagal jantung. Jadi bahan amukannya om Gustira, tante Helen juga sering banget mukulin lo dan nganggep lo sebagai pembunuh Ayah kandung lo sendiri."

"Padahal pembunuhnya itu bukan lo, terus Alen sering banget buat lo sakit dan malah ikut-ikutan nge-buly lo. Di tinggal sama sahabat sejati buat selama-lamanya. Ayah lo juga udah pergi."

"Di jauhin sama Sesil dan Sela, padahal mereka noteband-nya itu sahabat lo cuma gara-gara gosip murahan itu? Mereka nggak pantes disebut sahabat!"

"Terus Daru juga ikut andil buat terus-terusan bikin lo hancur, jahat banget."

"Tapi lo selalu bilang gak pa-pa, gue tau semuanya tentang lo Aleta. Gue cari semua informasi itu sendirian, eh nggak si di bantu sama Alana, Ginjar sama Abian juga.

"Itu baru fisik lo yang sakit, batin lo gimana? Baik-baik aja kan? Kok ini ada bekas sayatan si, Aleta? Hayo, lo gores-gores tangan lo pake cutter lagi, ya?" Alvaro terus berceloteh, mengajak Aleta berbicara padahal Aleta masih enggan membuka matanya.

Satu butir air mata Alvaro turun dari pelupuk matanya. "Maafin gue, ya? Kalo lo bangun, lo boleh deh marahin gue."

"Lo yang udah bikin Mama sadar atas kesalahan yang dia lakuin ke gue dulu."

"Makasih, ya?"

"Lo harus cepet-cepet sadar, biar lo nanti bisa tinggal sama gue dan Mama. Lo tau? Gue berhasil ngilangin rasa suka ini dalam waktu kurang satu minggu, hebat kan gue?"

"Maaf, kemarin-kemarin gue sempet ngejauhin lo... sekarang gak lagi deh, janji! Gue gak pernah sekalipun benci sama lo,"

"Gue sayang sama lo, karena lo udah gue anggep sebagai Adek sendiri."

RATSELWhere stories live. Discover now