15. Teror

217 139 63
                                    

15. Teror.

****

Happy reading geis<3

Komen disetiap paragraf, bisa kan?

"Jika kau tidak bisa tertawa untuk lelucon yang sama, lantas mengapa kau terus bersedih untuk masalah yang sama?" -Carlie Chaplin

***

Bel pulang sekolah berbunyi, para siswa dan siswi SMA GOLD DIAMOND pulang menuju rumahnya masing-masing.

Aleta masih berada di parkiran sekolah dia sedang menunggu Daru untuk pulang bersama,  dan laki-laki itu juga sempat berjanji untuk menemai Aleta ke makam ayah kandungnya -Aryana Raskal Aldebran.

Daru berjalan ke parkiran menuju Aleta, dengan senyum yang mengambang. Karena hari demi hari mereka semakin dekat membuat hati Aleta yang sekeras batu sedikit luluh.

"Hei, ayok pulang," ajak Daru ketika sudah berada di samping Aleta.

Aleta berdecak sebal. "Ck, Lo lupa sama janji lo, ya?! Nyebelin banget si!"

Daru memiringkan kepalanya, mengingat apa yang laki-laki ini janjikan pada Aleta.

"Gue inget! Ke makam Ayah, kan? Ayok, keburu mendung," ujar Daru antusias seraya menyodorkan helm untuk tunangannya.

Belum sempat Aleta menerimanya, helm itu langsung di rampas oleh Thania yang tiba-tiba datang.

"Daru, kamu kan tadi janji mau nganterin aku ke rumah sakit buat kemo, biar penyakit aku ini bisa cepet ilang," serobot Thania cepat. Membuat Aleta mendegus sebal.

Thania menjalankankan aktingnya seolah kesakitan. "Aduh! Kepala aku sakit banget, Daru."

Aleta melirik sinis Thania sekilas. "Drama queen banget, ya, lo?"

"Sakit Daru!" pekik Thania sambil terus memegang kepalanya.

Dewandaru panik. "Lo cepetan naik Thania. Kita ke rumah sakit sekarang," ajak Daru sembari menuntun Thania duduk di jok belakangnya.

"Daru!" geram Aleta, wajahnya terlihat amat kesal.

"Lo di sini dulu Aleta. Tunggu sebentar aja. Gue cuma mau nganterin Thania ke rumah sakit," ujar Daru cepat.

Di joknya Daru, Thania menatap Aleta sinis seraya tersenyum remeh.

"Tunggu di sini," pinta Daru menatap Aleta penuh permohonan, kemudian menjalankan motornya menuju rumah sakit dengan kecepatan diatas rata-rata.

Aleta tersenyum miring. Tangannya mengepal begitu erat. "Semakin di diemin, semakin ngelunjak tuh anak."

***

Sekitar 30 menit kemudian, akhirnya gadis dengan seragam yang masih melekat ditubuhnya ini sampai di tempat pemakamam umum, tempat pemakaman keluarga besar ayahnya.

Aleta tersandung oleh tali sepatunya sendiri, lalu jatuh tepat dimakam sang ayah.

"Ayah?" panggil Aleta dengan suara yang parau, ia merangkak ingin memeluk batu nisan ayahnya.

Banyak sekali yang ingin di cerita kan ke makam ayahnya, tapi mendadak lidahnya terasa kelu.

"Ayah, aku rindu," ungkap Aleta dengan suara yang bergetar.

Rasa sesak mulai menggerogoti dadanya.

"Ketika rindu itu muncul yang hanya bisa ku lakukan itu hanyalah menatap nisan mu," gumamnya lirih, gadis itu mencoba untuk tidak menangis di makam sang ayah. Ia hanya tidak ingin terlihat lemah saat ini.

RATSELWhere stories live. Discover now