48. Permohonan Aleta

192 84 264
                                    

Part 48 nya nih, happy reading<3

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya-!

Dua part menuju ending!

"Jangan pernah menjadi obat, untuk seseorang yang tidak mau sembuh."

***

"D-dok," Aleta memanggil dokter Nando lirih, napasnya masih tersengal-sengal namun tubuhnya sudah tidak lagi kejang.

Aleta masih bisa di selamatkan.

"Semua bukti udah Leta cari terus Leta simpen di ponsel. Om bisa menjarain dia secepatnya," ucap Aleta.

"Aleta, dengerin om. Fokus sama keadaan kamu dulu, jangan mikirin yang lain," balas dokter Nando dengan mimik wajah khawatir.

"Hari ini juga orang itu harus segera di penjara."

"Aleta mohon Om, penjarain pembunuhnya. Dia nggak bisa hidup bahagia di dunia setelah membuat Ayah Leta meninggal," ujar Aleta lirih.

"Ayah udah ngasih tau semuanya."

Dokter Nando mengerutkan keningnya, memberi tahu semuanya?

"Iya, Aleta. Tenang, ya? Om akan penjarain dia."

"Om ke polisi sekarang, buat laporan tuntuan biar Om Sam bisa mendekam di penjara," mohon Aleta dengan suara yang bergetar. "Aleta udah nggak kuat, semuanya sakit. Aleta nggak bisa berdiri bahkan nge gerakin tangan aja susah," gumam Aleta lirih.

Banyak selang yang menempel di tubuh Aleta bahkan Aleta masih memakai selang oksigen di hidungnya. "Aleta mohon, Om."

Nando memejamkan matanya, dadanya terasa begitu sesak. "Setelah Om pulang dari sana, kita obati penyakit kamu, ya?" pinta dokter Nando.

Tanpa banyak berfikir, Aleta langsung mengangguk.

"Om pergi dulu sebentar, kalo ada apa-apa langsung bilang ke perawat sama dokter yang ada di sini, oke?" dokter Nando berujar sambil tersenyum tipis.

Aleta mengangguk lagi.

Sebelum keluar, dokter Nando mengecup singkat kening Aleta. Dokter Nando sudah menganggap putri kandungnya sendiri, ia sangat menyayangi Aleta.

"Semuanya terasa begitu menyakitkan," lirih Aleta.

Aleta memejamkan matanya. Belum sempat Aleta tertidur, tau-tau Alvaro dan ketiga temannya sudah berada di sini.

"Queen, jangan tidur lagi," pinta Abian. Nada suaranya terdengar bergetar.

"Kita kangen sama lo, Aleta," jujur Ginjar. Membuat Aleta membuka kedua bola matanya sempurna.

"Ngeliat kondisi lo yang lemah kayak gini, buat hati gue sakit Aleta," tutur Alana. Tangannya yang kekar ia pergunakan untuk mengusap rambut surai Aleta lembut.

"Kita semua khawatir banget sama lo,"

"Maafin gue, gue udah banyak banget ngerepotin kalian," balas Aleta, bola matanya berkaca-kaca.

Alvaro mengusap pelan tangan Aleta, kemudian menggeleng. "Lo nggak pernah ngerepotin kita."

"Queen, kenapa lo nggak pernah ngasih tau ke kita, kalo lo kena leukimia sama gagal jantung?" tanya Abian nyaris tak terdengar.

"Kenapa lo nyembunyin ini semua dari kita?" Alana ikut bertanya dengan suara yang bergetar.

"Lo nggak percaya sama kita, ya? Sampe-sampe lo nggak pernah ngasih tau kondisi lo yang sebenarnya ke kita?" Ginjar ikut menimpali, ia susah payah menahan air matanya yang ingin keluar. Rasanya begitu sesak melihat kondisi Aleta yang lemah seperti ini.

RATSELWhere stories live. Discover now