13. Memori Nando dan Aarav

217 148 47
                                    

13. Memori Nando.

****

Happy reading guys<3

Komen si setiap paragraf ya, geis-!

"Jika kau tidak merasa berguna, ingatlah itu benar." -Cakra Dinata.

****

Helena, Gustira, Danu, Daniar, dan teman-temannya Daru serta Sam termasuk Sela dan Sesil. Sudah berada di ruangan milik Rando Bagasdana-Ayahnya Sesil, sekaligus sahabatnya Aryana dan Kembarannya Nando Bagasdana.

Helena menatap Rando Bagasdana serius. "Apa kamu orang yang sudah membunuh Aryana?" tanya Helena.

"Bunuh Raskal? Buat apa gue bunuh dia, Helen? Raskal itu sahabat gue!" jawab Rando dengan tegas.

Aryana Raskal Aldebran, mereka memang memanggil Aryana dengan panggilan Raskal.

"Lo enggak usah bela diri lo sendiri. Gue, Helena dan Sam yakin. Kalo lo itu orang yang udah bunuh Raskal," sahut Gustira dingin.

"Gue yakin. Pasti lo yang udah bunuh Raskal. Dan nyuruh anak lo, Sesil buat nusuk Aleta sampai Aleta kritis. Oh, atau jangan-jangan lo mau suruh Sesil bunuh Aleta juga? Karena Aleta membuka kasus pembunuhan Raskal lagi?!" tuding Sam.

"Gue bukan pembunuh. Gue enggak pernah ada niatan sedikit pun buat bunuh Raskal, sahabat gue. Gue juga enggak pernah nyuruh Sesil buat nusuk atau bahkan sampai bunuh Aleta," sergah Rando.

"Gue semakin yakin, kalo lo itu yang udah bunuh dia. Pasti lo juga kan yang udah ngebuat bukti palsu kalo Sam yang udah bunuh Raskal. Padahal, pembunuh aslinya itu lo. Dan orang yang terakhir kali Raskal temuin sebelum dia meninggal itu lo!!" tunjuk Gustira seraya menunjuk-nunjuk Rando.

Helena terdiam kaku, ia bukan sembarangan orang yang mudah dihasut. Wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu merasa bingung.

Rando menyingkirkan tangan Gustira yang berani sekali menunjuk-nunjuk dirinya lalu menatap Helena dengan serius. "Kenapa lo nuduh gue, Helen? Kenapa lo gak curiga sama suami lo itu, Gustira?" tanya Rando.

"Atas dasar apa lo curiga kalau Gustira yang udah bunuh Aryana?" Helena manatap Rando dalam.

"Helen, pasti lo mikir kalo gue yang udah bunuh Raskal karena gue orang yang terakhir kali dia temuin sebelum meninggal. Dan Raskal sama gue emang punya masalah yang lumayan cukup besar," ujar Rando menggelengkan kepalanya.

"Padahal, Gustira juga punya masalah yang cukup besar sama Raskal. Bisa aja kan, kalo dia yang udah bunuh Raskal di sana, saat gue udah ninggalin Raskal sendirian?"

Gustira menatap Rando dengan tajam, ia mengepalkan tangannya, belum sempat Gustira membalas omongan Rando.
Sam menjalankan rencana liciknya, dan membalas omongan Rando. "Gue semakin yakin kalo lo itu pelakunya. Kalo emang bukan lo pelakunya lo enggak mungkin berkilah kaya tadi!" balasnya.

"Gue bukannya berkilah, tapi gue membela diri. Bukan gue pelakunya," Rando menegaskan hal itu penuh wibawa.

"Gue bakal laporin lo ke polisi karena lo udah bunuh Aryana." Keputusan Helena yang sepihak itu membuat yang disana terdiam, berbeda dengan Sam.

Pria itu justru diam-diam tersenyum miring.

Helena terpaksa memutuskan ini semua, ia ingin memberi waktu sebentar pada pembunuh aslinya untuk bebas sebelum orang itu masuk kedalam sel penjara, untuk selama-lamanya.

Orang-orang suruhan Helena belum mengumpulkan banyak bukti untuk memenjarakan pelaku pembunuhan Aryana Raskal sebenarnya.

"Maaf, Rando..." batin Helena dipenuhi rasa bersalah.

RATSELWhere stories live. Discover now