23. Amukan Gustira

179 120 71
                                    

Happy reading geis<3


"I just wanna be happier."

***

Aleta berada di perumahan Andara, gadis dengan bando berwarna merah itu berada di rumah keluarga Alamsyah, keluarganya Feri.

"Aleta!" Terlihat Agista Reyi, ibu dari Feri menyambut dirinya dengan hangat.

"Tante Agis!" Aleta memeluk Agista erat seolah menyalurkan rindunya selama ini.

"Tante kangen banget sama kamu, Aleta!" ujar Agista antusias, ia melepaskan pelukannya sambil memegang kedua pipi Aleta yang tirus.

"Aleta juga, Tante." Aleta tersenyum manis, ia merasa kehangatan disini. Dirumah, Aleta hanya berdiam diri saja menunggu Helena dan Gustira pulang setelah sibuk gila kerja. Saat Helena dan Gustira dirumah, Aleta dijadikan seperti robot oleh Gustira. Dan Helena yang selalu menuntut Aleta untuk selalu mendapat peringkat satu diberbagai ulangan, mau itu ulangan harian atau pun ulangan kenaikan kelas.

Agista sedikit mengerutkan keningnya lalu ia mengusap pipi Aleta yang berwarna biru lebam.

"Ini bekas di tampar? Siapa yang nampar kamu, sayang?"

Aleta menggeleng pelan sambil mengusap air matanya yang keluar.

"Kenapa nangis, Aleta?"

"Boleh peluk, Tante?" Tanpa menjawab pertanyaan dari Aleta, Agista langsung membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Kamu boleh panggil Tante dengan sebutan Mama, sayang. Mama-nya Feri kan Mama-nya Aleta juga." Bisikan dari Agista membuat hati Aleta sedikit lega.

"Tante udah anggep kamu sebagai anak sendiri, sekarang kamu mau kan anggep Tante sebagai Ibu kandung kamu sendiri?" Agista menatap retina mata Aleta dalam. "Iya, Mama" Agista tersenyum hangat ketika Aleta menyebutnya dengan sebutan Mama.

"Kalo Aleta mau cerita, cerita aja, ya? Jangan sungkan, Mama pasti dengerin. Kamu jangan terlalu banyak memendam sesuatu sendirian, ya?" pinta Agista sembari menghapus bekas jejak air mata Aleta.

"Iya, Mama."

"Ma, Kak Fero sama Fani, mana?" Feri yang baru keluar dari kamarnya untuk mengganti baju bertanya pada Agista.

"Aleta kenapa nangis? Di apa in kamu sama Mama?" tanya Feri, khawatir.

Agista melirik putranya sinis lalu ia menabok bahu kuat. Membuat Feri meringis pelan. "Sembarangan kamu!"

Feri cengengesan ia duduk di sebelah Aleta, kemudian membawa kepala Aleta untuk bersandar di dada bidang miliknya. "Cep, cep, cep."

"Fani katanya mau nginep di rumah Icha, kalo kakak kamu lagi main di rumah Aji, bentar lagi juga dia pulang," jawab Agista kemudian Feri mengangguk mengerti.

Tangan Feri mengusap rambut surai Aleta dengan lembut, sesekali ia mencium wangi harum dari rambut Aleta.

"Mau pulang," ujar Aleta setengah berbisik dengan suara yang serak.

"Tapi..."

"Mami sama Dady pulang dari Singapura hari ini, aku gak mau mereka khawatir nyariin aku karena aku gak ada di rumah," jelas Aleta.

"Padahal kamu baru dateng lho, Aleta." Wajah Agista yang tadinya riang mendadak lesu.

"Gak pa-pa, Ma. Aleta bisa main kapan-kapan lagi kesini," balas Feri.

"Ayok, aku anterin kamu."

****

Aleta sampai di depan pintu kediaman Wijaya setelah diantar pulang oleh Feri tadi.

RATSELUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum