33. Bahaya

164 85 150
                                    

Happy reading geis<3

Semesta pernah mempertemukan kita dalam cerita, yang ku kira akan sampai untuk selamanya. Namun ternyata hanya sebatas luka -Aghisma Feri Alamsyah

****

Alvaro dengan muka yang di tekuk menyalakan mobilnya dengan kesal.
Sementara Aleta dan Feri yang berada di bangku belakang mobil hanya mesem-mesem tidak jelas.

"Ke taman mana?" tanya Alvaro ketus sambil memegang setir mobil.

"Taman mytasryi," jawab Aleta dan Feri bersamaan. Taman mytasryi itu taman yang selalu Feri dan Aleta kunjungi saat kecil.

"Meytasreyi? Nama taman nya gitu banget njir. Lidah gue keseleo nyebut nama taman itu," keluh Alvaro.

"Haha." Aleta tertawa ringan mendengar keluhan Alvaro.

Alvaro memandang Aleta sinis dari kaca spion. "Tamannya di mana?"

"Samping neysday caffe," jawab Aleta.

Alvaro mengangguk lalu mulai melajukan mobil nya menuju taman Mytasryi.

***

Tak sampai sepuluh menit mobil yang di laju Alvaro sampai di taman mytasryi. "Udah nyampe nih."

Keduanya mengangguk. "Varo, lo ada gitar gak?" tanya Feri.

Alvaro mengirinyitkan dahi nya. Gitar? Sepertinya dia memiliki gitar, tapi dimana ya.

Alvaro memejamkan mata nya sejenak, mengingat dimana gitar itu berada. "Gue punya, ada di belakang garasi."

Feri mangut-mangut. "Gue pinjem bentar ya," ujar Feri.

"Boleh, bawa aja sana gitarnya," balas Alvaro.

"Lo di sini Varo. Nanti kalo ada apa-apa gue teriak." Aleta mengatakan itu dengan tiba-tiba.

Perasaan Alvaro jadi tidak tenang setelah mendengar apa yang Aleta katakan. "Yaudah sana." Alvaro tersenyum tipis, lalu menyuruh Aleta dan Feri untuk masuk ke dalam taman itu.

Kemudian Aleta dan Feri keluar dari mobil Alvaro. Feri berjalan menuju garasi dan mengambil gitar yang ada di sana. "Ayok," ajak Feri pada Aleta saat gitar itu sudah berada di tangan nya.

Aleta mengangguk lalu berjalan berdampingan di sebelah Feri. "Gitar itu buat apa?"

"Aku mau nyanyi buat kamu, pake gitar ini." Feri menjawab sambil tersenyum manis.

Saat mereka berdua berada di taman, mereka mengerut kan keningnya. Mengapa taman ini sepi? Biasanya ramai.

"Sepi banget," ujar Aleta setelah dia duduk di bangku taman.

"Biasanya rame," gumam Feri lalu ikut duduk disamping Aleta.

"Gak pa-pa sepi kayak gini, biar kita bisa berduaan," Feri mengombal sambil memetikan senar gitarnya.

Aleta membalas perkataan Feri hanya dengan kekehan ringan.

"Mau nyanyi apa?"

"Bahaya, kamu tau lagu itu kan?" tanya Feri hangat.

"Tau."

"Kita nyanyi bareng, ya?"

Aleta mengangguk senang seraya tersenyum tipis.

"Nanti aku mau videoin kita nyanyi lagu bahaya," Feri lalu memidiokan dirinya dan Aleta dengan ponselnya

"Kenapa harus di videoin?" tanya Aleta sedikit penasaran.

"Buat kenangan."

Perasaan Aleta tiba-tiba tidak enak setelah mendengar jawaban dari Feri.

"Sebenarnya aku ingin dekatmu
Namun kusadari, ku tak bisa
Tak boleh ku di sini
Bahaya, ku makin cinta
Ku tak ingin jauh, tak ingin berpisah
Mengapa semua selalu indah
Saat denganmu?
Sayang untuk di akhiri." Feri mulai bernyanyi dengan gitar yang berada di lengannya.

RATSELWhere stories live. Discover now