DORR!!

"AGH!" Nakula berteriak untuk melampiaskan rasa sakit yang berada di perutnya itu.

Nakula berjalan pelan sambil memegangi perutnya menuju Aleta. "Aleta bangun," ujar Nakula.

"TOLONG!" teriak Nakula.

Entah kebetulan atau apa, ada seseorang yang berjalan menuju arah mereka.

"Cakra tolongin kita!" teriak Nakula, seseorang yang berjalan menuju arah mereka adalah Cakra. Cakra Dinata.

Cakra tergesa-gesa menghampiri mereka. "Kenapa kalian bisa kayak gini?" tanya Cakra cemas.

"Bawa Aleta kerumah sakit."

Cakra mengangguk dengan cepat ia membawa Aleta kedalam gendongannya. "Perut lo ketembak?" tanya Cakra kaget.

Kali ini, Nakula yang mengangguk.

"Lo bisa jalan sendiri, kan?"

"Bisa, lo bawa Aleta dulu aja," balas Nakula.

"Lo jalan dari sampe situ, kuat kan?" tanya Cakra sambil menunjuk dengan tangan kirinya pada mobil yang berada tak jauh dari sana.

"Kuat."

Cakra langsung membawa Aleta kedalam mobilnya, disusul oleh Nakula yang berjalan tertatih. Menahan sakit yang mulai menjalar di perutnya itu.

***

Alvaro dengan perasaan kesal, ia membawa motornya dari Bogor ke kediaman Wijaya. Ia tidak peduli dengan ancaman yang diberikan Helena, saat ini Aleta sedang membutuhkan dirinya. Dan dirinya juga membutuhkan Aleta.

Pikiran Alvaro penuh, ia berpikir bagaimana kondisi Aleta? Apa dia sudah makan? Bagaimana dengan penyakitnya? Apa dia baik-baik saja? Pikir Alvaro.

Saking sibuknya memikirkan Aleta, ia sampai tak sadar bahwa di depannya ada polisi tidur, dan di depannya ada pohon beringin.

Alvaro dengan cepat membelokkan stir motornya ke aspal, dan motor Alvaro jatuh ke aspal begitu saja.

"Shh." Alvaro mendesis kesakitan sambil memegangi siku tangannya yang sedikit terluka.

Beberapa orang berdatangan, wajah mereka panik lalu membantu Alvaro untuk berdiri. "Adek gak pa-pa?" tanya salah satu orang itu yang bernama Pak Yanto.

"Gak pa-pa, pak," jawabnya pelan.

"Kenapa bisa jatuh, nak?" tanya salah satu orang yang mempunyai kumis seperti ikan lele sebut saja Pak Asep.

"Kalo lagi bawa motor, hati-hati," sahut seorang wanita yang mungkin umurnya seperti Sena, berdiri disamping pak Asep.

Alvao membuka helmnya, lalu menatap mereka seraya berkata. "Saya gak pa-pa, makasih, ya, pak, bu."

"Kaki kamu berdarah Nak, mending kamu kerumah sakit aja deh. Obatin lukanya," saran pak Yanto saat ia melihat bercak darah yang keluar dari kaki Alvaro.

Alvaro tersenyum. "Iya, pak. Nanti saya ke rumah sakit, sekali lagi makasih, ya."

"Saya duluan," pamit Alvaro ia memakai helmnya lagi lalu mengendarai motornya dengan pelan.

***

Cakra Dinata membawa Aleta dan Nakula ke Zak's hospital.

Aleta sudah dibawa oleh beberapa perawat kedalam Intensive Care Unit (ICU) karena penyakit jantungnya yang semakin lama, semakin parah.

Sementara Nakula ia berada didalam Unit Gawat Darurat, untuk segera mendapatkan penanganan sesegera mungkin.

Cakra sendiri berada didepan ruangan ICU, ia menatap nanar tubuh Aleta yang dipasangi selang oksigen dari balik jendela. "Lo harus selamat," gumam Cakra.

RATSELTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon