41. Semesta yang suka bercanda

Start from the beginning
                                    

Tadi di jalan ada kemacetan membuat Aleta harus menunggunya terlalu lama sehingga ia sampai di Bogor pada pukul 18:25. Saat adzan maghrib dikumandangkan, gadis ini terlebih dahulu ke mushola terdekat untuk menunaikan ibadah sholat.

"Hujan Alvaro!" Teriakan Aleta mampu mengalahkan suara hujan begitu derasnya.

Gadis ini sudah tidak peduli lagi hukuman apa yang akan ia terima dari Helena.

"Gue salah apa Alvaro, sampai lo terus-terusan jauhin gue kayak gini, Alva?" Aleta bertanya pada sepupunya dengan nada yang tinggi agar Alvaro bisa mendengar pertanyaan darinya.

"Di sini banyak kilat, Alva! Ada suara petir juga, gue takut!" Air mata Aleta runtuh seketika ketika sambaran kilat diatas sana semakin banyak terlihat dan suara petir yang terdengar begitu menyeramkan.

Alvaro bersandar di pintu dengan bahu yang bergetar, ia ingin sekali menemui Aleta, tapi dua iblis yang jahat berwujud manusia telah lebih dulu mengancam Alvaro untuk segara menjauhi Aleta.

"Lo jauhin Aleta, atau kalo nggak, gue bakal buat Aleta celaka!"

Ancaman yang keluar dari bibir Alvarez saat itu masih terngiang-ngiang di ingatan Alvaro. "Maafin gue, Ale..."

"Kamu jauhin Aleta! Kalau kamu tetep gak mau jauhin Aleta, saya akan memisahkan kamu dengan putri saya. Saya akan membawa Aleta jauh dari jangkauan kamu sehingga kamu tidak bisa melihatnya lagi!"

"Ancaman saya kemarin tidak kamu dengarkan. Kali ini, ancaman saya tidak main-main. Jika kamu tidak menjauhi Aleta, saya akan terus bermain tangan, bahkan selalu menyiksa Aleta setiap hari. Tubuhnya dipenuhi luka dan selalu mengeluarkan darah!"

Helena kemarin mengancam Alvaro untuk segera menjauhi Aleta, entah apa maksud Helena untuk segera menyuruh Alvaro agar menjauhi putrinya.

"Aku takut, Alva!" Aleta saat ini benar-benar ketakutan.

Alvaro menggigit bibir bawahnya, rasanya sangat sakit ketika mendengar teriakan Aleta yang sedang ketakutan itu.

"Alvaro, mending kamu temuin Aleta sebentar," Sena berdiri di samping Alvaro dan berujar demikian membuat laki-laki itu sedikit terkejut.

"Kamu nggak usah takut sama ancamannya mba Helena, sayang," imbuhnya.

Helena memberinya ancaman lagi pada Alvaro, kali ini ancamannya tidak main-main. Jika laki-laki itu tidak mau menjauhi putrinya, maka ia akan terus menyiksa dan membuat Aleta menderita setiap hari.

Alvaro tidak mau itu terjadi, Alvaro tak mau Aletanya kenapa-kenapa.

"Nggak usah, ma. Tante Helen kalau udah ngancem gak bakal main-main," balas Alvaro dengan suara yang teramat pelan.

"Alvaro nggak mau tante Helen bawa Aleta pergi jauh sampai Alvaro gak bisa liat Aleta lagi, ma," Alvaro tersenyum pedih menatap sang ibu yang sudah berderai air mata.

"Alvaro juga gak mau tante Helen nyiksa dan buat Aleta menderita terus... Aleta udah cukup menderita selama ini, ma. Jangan ditambah lagi," lirih Alvaro.

Seketika hati Sena mencolos. Pandangannya memburam. Rasanya begitu sakit melihat kondisi putranya yang hancur seperti ini.

"Alvaro juga gak mau Alvarez nekat buat Aleta celaka," batin Alvaro dengan rasa sesak dihatinya.

"AKU TAKUT ALVA!" Teriakan Aleta mampu membuat air mata Alvaro yang laki-laki itu tahan dari tadi jatuh detik ini juga.

"LO TAKUT JUGA GUE GAK BAKAL PEDULI!"

Tubuh Aleta bergetar ketika mendengar teriakan nyaring dari Alvaro yang berasal dari dalam rumahnya.

"DINGIN ALVA, AKU TAKUT!" Sambaran kilat semakin terlihat jelas membuat isakkan Aleta terdengar.

RATSELWhere stories live. Discover now