"Aku nggak bisa lihat baby gerak gerak." adunya sambil menatap Zia.

Zia menarik nafas dan menghembuskan nafas perlahan. Mencoba bersabar menghadapi Aron.

"Lain kali aja ya ke dokter lagi? Aku males kalau harus bolak balik. Bau rumah sakit juga nggak terlalu suka." terangnya yang membuat Aron mengangguk perlahan.

"Iya."

Aron memutus kontak. Ia kembali melihat foto usg yang masih ia pegang sekarang. Tidak ingin memaksa Zia juga. Toh masih ada foto ini.

"Anak aku udah besar. Udah 5 bulan sekarang." gumam laki laki itu dengan senyum merekah.

"Gimana kata dokter kemarin?" kini Aron mulai bertanya pada Zia.

"Sehat. Sama katanya kemungkinan anak kita kembar."

Deg.

Jantung Aron seakan berhenti saat itu juga. Suhu di sekitar juga menjadi dingin. Wajahnya menyorot kekagetan yang luar biasa pada sang istri.

"Bercanda ya?"

"Kamu nggak suka?" wajah garang Zia seketika muncul.

"AAAAAAAA!!!"

Zia tercengang mendengar teriakan itu. Astaga. Aron benar benar seperti bocah. Laki laki itu sekarang juga langsung memeluk perut sang istri. Mendekapnya dengan menghujani kecupan disana.

"Kembar?"

"Kembar zi? Kembar?"

"Aaaa anak aku kembar!"

"Jago banget gue bikinnya!"

Masih histeris dengan kesenangannya sendiri. Dan Zia yang melihat itu memutar mata malas. Aron ini memang sedikit lebay jika seperti sekarang. Untung suami.

"Masih kemungkinan ar. Belum pasti." ucap Zia memang begitu kenyataannya.

Aron menggeleng kekeh. "5 bulan itu baby nya udah kebentuk. Jadi udah pasti baby kembar sayang." Zia mengangguk, pasrah saja.

Aron menoel noel perut besar itu. Senyuman masih nampak jelas pada bibirnya.

"Baby, sehat sehat ya? Makin nggak sabar nunggu kalian lahir." ungkapnya begitu bahagia mendusel dusel perut Zia.

"Sayang banget. Cepet lahir sayang. Daddy nunggu kalian. Jagoan kecil daddy sama mommy."

Yang diatas sana hanya pasrah melihat perutnya masih di unyel unyel oleh Aron. Sesekali juga tersenyum melihat Aron yang begitu bahagia.

Beberapa saat terdiam. Hingga kini Aron mendongak dengan senyuman. Di sapa juga dengan senyuman hangat oleh sang istri. Mengecup pelan bibir Zia yang kemudian mendekap tubuhnya.

"Seneng banget kamu." gumam Zia tersenyum geli.

Aron mengangguk masih dengan senyumannya. "Bahkan terlalu seneng sampai aku nggak bisa ngungkapinnya."

Zia tersenyum mendengarnya.

••••••

Tidak bertingkah, tidak Aron.

Sekarang laki laki itu sudah berulah lagi membuat Zia cenat cenut dibuatnya. Oh ayolah. Sekarang Aron sedang mendatangkan para pekerja untuk membuat kamar bayi di rumah.

Bahkan kini rumah sudah dibuat seacak mungkin. Barang barang baru juga berdatangan. Dan laki laki itu sudah sibuk juga dengan rancangan yang telah tersusun rapi di kertas besar sana.

Zia menghembuskan nafas kasar melihat sekeliling rumah yang di penuhi barang. Ia berbalik, menghampiri Aron yang sangat sibuk menjelaskan desain pada para tukang disana.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now