Zia melepas tangan Aron dan menghadap kebelakang penuh. Begitupun Aron. Laki laki itu juga menghadap ke depan melihat dua sahabatnya dan dua sahabat Zia.

"Dea gitu banget sih sama kakak Nandoo!" ronta Nando mengejar Dea.

Sisanya hanya tertawa melihat keduanya. Tidak lain itu adalah Ray dan Sasa. Sesekali Sasa juga curi curi pandang. Melihat tawa Ray merupakan anugerah terindah yang Sasa miliki saat ini sepertinya.

"Huhu Zia tolongin aku dari kakak dodo!" Dea langsung bergelayutan di lengan Zia. Memeluknya begitu kuat dengan wajah yang di benamkan.

"Bukan kakak dodo Dea sayang,"

"HUAA BUAYA BANGET JADI COWOK!" sembur Dea membuat semua menertawai Nando.

"Nggak buaya sayang, sini yuk sama aa Nando."

"DIH GILA STRES!"

Semua semakin tertawa pastinya. Juga terkecuali Aron.

"Deaaa padahal kan gue cuma mau kasih ini loh, kenapa gitu banget sih sama gue?" ronta Nando semakin menjadi.

Dea melirik dengan wajah bocahnya itu. "Kasih apa?"

"Tada!"

Mata Dea membulat lebar saat melihat setumpuk lollipop di tangan Nando. Dengan cepat gadis itu langsung mengambilnya dengan wajah berbinar. Tidak memperdulikan lagi masalah tadi yang ia terus menjauhi Nando. Terpenting adalah lollipop.

Nando terkekeh kecil. Menepuk nepuk kepala Dea gemas membuat sang empu langsung menabok tangan itu.

"Jangan sentuh aku! Kuman!"

Gelak Ray paling terdengar kini.

"Udah berapa kali lo di sebut kuman sama Dea, nan?" lanjutnya dengan bertanya pada Nando mengejek.

"Setiap hari kak onde." timpal Dea membalas.

Panggilan itu seketika membuat wajah Ray yang tertawa sumringah berubah menjadi datar. "Nama gue Ray astagfirullah."

"Gapapa de, panggil onde onde aja ya? Pinter banget sih ah. Pen nikahin nih bocah gue," cerca Nando gemas pada Dea juga dongkol pada Ray.

Dea tak bergeming. Ia sibuk membuka bungkus permen yang sisanya ia suruh Zia untuk membawa.

"Tadi kenapa kejar kejaran lo berdua?" tanya Zia menatap Nando dan Dea bergantian.

"Itu aku nggak mau deket deket sama kak dodo," aku Dea yang sudah mengemut permennya.

"Kenapa?"

"Kak dodo ngechatin aku ngajak nikah terus masak. Stres banget kan Zia?" jawab Dea polos.

"Terus lo gak mau gitu?" timpal Sasa jahil. Dea menoleh dan mengangguk.

"Kak dodo bukan spec Zayn Malik. Aku gak suka."

Semua tertawa kembali. Ray pun juga tak henti hentinya mengolok olok Nando yang sudah dalam keadaan tertekan lahir batin.

"Besok besok harus cari obat penumbuh jenggot kalo gini caranya," hela pelan Nando.

"Tambah gak karuan sih muka lo ntar," timpal Ray sekenanya dengan menggeplak lengan Nando.

"Iya betul!" seru Dea melengking.

Nando memelotot. Sedetik kemudian menghela nafas berat. Permintaan Dea terlalu tinggi. Tapi dengan izin Allah dan mama papa, Nando pasti bisa menjadi Zayn Malik.

"Udahlah bocah banget semua." sela Aron sudah merasa muak dengan ini semua. Semua tak bergeming dan menatap Aron aneh.

"Apa? Gak suka?" ucap Aron lagi.

ZiAron [END]Where stories live. Discover now