"Apa?"

"Kuliah lo udah gue pindah di kampus gue."

Zia mengangkat alisnya sedikit meninggi. "Kenapa gak tanya dulu ke gue?"

"Buang waktu. Mau lo tolak juga gak bisa. Ayah sama bunda mau kita satu kampus setelah nikah." tegas Aron yang membuat Zia menghembuskan nafas kasar.

"Terserah."

Aron mengangguk enteng. Ia berdiri dan langsung meninggalkan Zia sendiri. Zia pun lagi lagi hanya bisa menghela nafas. Meninggalkan teman temannya tidaklah semudah itu. Apalagi ia harus beradaptasi dengan anak anak baru di kampus barunya besok.

Zia bangkit dan memilih untuk membereskan sisa makan malam yang sempat tertunda tadi.

••••••

Pagi pagi sekali, kini Aron dan Zia sudah siap berkemas untuk berangkat ke kampus. Hanya saja wajah Zia sedikit tertekuk. Zia menoleh pada Aron yang sedang menggunakan jaket itu.

"Gue nanti sekelas sama siapa?"

Aron menoleh. "Temen lo juga ikut pindah. Ayah yang nyuruh."

Mata Zia membulat. Berjinjit jinjit menghampiri Aron dengan tubuh yang sedikit membungkuk karena menggunakan sepatu itu.

"Beneran lo?"

"Kak. Gue senior lo sekarang."

"Masih di rumah juga."

Aron memutar matanya malas. Mengambil tas hitamnya dan langsung melenggang pergi dari kamar.

"Aron jawab gue dulu!" teriak Zia keras. Namun sayangnya Aron tidak menanggapi apapun.

Zia pun segera membereskan penampilannya. Menggunakan jaket jeans nya dan langsung menyambar tote bag hitam. Gadis itu langsung melesat pergi menyusul Aron.

Zia masuk kedalam mobil. Disampingnya sudah ada Aron yang kini langsung menjalankan mobil hitam itu.

"Aron, lo serius sama yang tadi?" ucap Zia berbinar.

"Gue bohong gak ada gunanya."

Zia kembali menatap kedepan. Wajahnya berbinar bahagia. Untunglah teman temannya juga ikut pindah. Jadi ia tidak terlalu kesusahan untuk menempati kampus barunya sekarang.

••••••

Atensi seluruh penghuni kampus Argalanta kini menyorot penuh pada dua orang yang baru saja datang dan sekarang berjalan di koridor sana. Sama sama bergumam, mengghibah, menatap aneh, iri, dan juga tidak terima.

Siapa yang tidak mengenal mereka? Lebih tepatnya siapa yang tidak mengenal Aron?

Aronald Damarion. Laki laki yang terkenal karena wajahnya yang bak dewa. Banyak para gadis yang mengincarnya bahkan mengidolakannya. Tidak hanya itu. Aron terkenal karena juga dari sang ayah. Anak pengusaha terkenal hingga luar negeri itu.

Tapi satu fakta yang membuat para gadis menatap iri keduanya itu. Aron sudah menikah dan itu bukan rahasia pribadi lagi. Semua tahu dan hal itu membuat gempar kampus sekarang. Kabar pernikahan Aron pun bahkan juga mengguncangkan pada dosen dosen muda disana. Ayolah. Siapa yang tidak mau menikah dengan Aron? Sudah pasti hidupnya akan menjadi ratu dan sangat tercukupi oleh laki laki itu.

"Orang orang pada kenapa sih? Biasa aja kali liatin gue." dumel Zia yang membuat Aron melirik sekilas.

"Gak usah di tanggepin."

"Risih lah tapi. Kayak buronan yang baru ketangkep kalo kayak gini."

Aron tersenyum sebentar menanggapi celotehan istrinya itu. Ah iya.

Sifat Aron itu tidak cuek tapi hanya sedikit dingin jika ada gadis gadis yang mengincarnya. Aron juga terkenal dengan sikap tegasnya. Sekali ia bilang a maka a itu harus terjadi. Tidak boleh tidak. Tidak suka dibantah dan cukup keras. Siapapun yang berani mencari masalah dengannya, saat itu juga Aron tidak akan membiarkan seorang itu hidup tenang.

"Mereka udah tau kita nikah ya ar?" tanya Zia yang sudah menaiki anak tangga. Jadi sudah aman jika ia bertanya tanya tanpa di sorot.

"Mungkin." Aron berhenti. Zia juga ikut berhenti. Zia mengangkat alisnya saat melihat Aron yang masih diam saja itu.

"Kelas lo." ucap Aron sedikit malas.

Zia menoleh kebelakang. Ia baru sadar kalau ternyata dirinya dan Aron sudah berdiri didepan kelas. Zia pun mengangguk. "Gue masuk dulu."

Aron mengangguk. Ia pun juga kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Menaiki anak tangga kembali dan akhirnya sampai di kelas. Jurusan bisnis yang kurang satu semester lagi akan menjadi sarjana.

"Loh loh loh, pengantin baru langsung masuk nih?" celetuk Nando. Laki laki berperawakan tinggi sedikit kurus dengan kulit putih. Salah satu sohib Aron.

"Gak capek malem pertama lo?" imbuh Ray yang membuat gelak tawa Nando. Ray juga sama seperti Nando. Sohib Aron. Mereka bertiga sudah berteman sejak SMA dan sampai sekarang.

Aron tak menanggapi celetukan celetukan tidak jelas dari kedua temannya itu. Ia memilih untuk sibuk dengan ponselnya sekarang.

"Zia cantik, lo langsung demen gak?" Nando kembali bersuara sambil mengangkat alisnya bergantian.

"Jelas lah. Udah di hajar masak gak demen. Ya gak ar?" sahut Ray yang membuat keduanya kembali tergelak ringan.

Saat itu juga, Aron menatap mereka bergantian. "Itu kesalahan. Gak usah lo ungkit ungkit."

"Kesalahan sih iya. Tapi kan juga udah nikah lo sama Zia. Jadi gak ada salahnya kita bicarain lagi." balas Ray terlihat santai.

"Terserah." Aron kembali fokus pada ponselnya.

"Tapi salut sih gue sama lo ar. Jiwa tanggung jawab lo bener bener best. Lo langsung mau tanggung jawab sama Zia setelah lo renggut mahkotanya dia." Nando tersenyum bangga pada Aron.

Aron menatap Nando.

"Bejat sih perbuatan lo itu sebenernya. Tapi untungnya lo mau tanggu jawab." sambung Nando masih dengan senyum terukir.

Aron tidak bisa mengelak apapun itu. Nyatanya memang benar. Aron menikah dengan Zia karena dia sudah merenggut mahkota Zia yang sudah gadis itu jaga dengan sangat baik. Mengambilnya dengan cara paksa.

"Udah udah, gak usah mellow gini. Jadi sekarang Zia sekampus sama kita?" tanya Ray mengalihkan topik.

Aron mengangguk.

"Jurusan apa tuh?"

"Komunikasi."

Ray mengangguk angguk. Tidak lama dari itu, dosen pun datang dan membuat mereka bubar.

 Tidak lama dari itu, dosen pun datang dan membuat mereka bubar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau bilang, ini semua cuma karangan ya. Gak usah di sangkut pautin sama kehidupan. Kalau pun ada narasi yang gak sesuai kenyataannya yaudah. Buat have fun.


NO TOXIC COMMENT.

[BELUM PERNAH DI REVISI. TANDAI AJA KALAU ADA TYPO]

Terimakasih yang udah mau lanjut. See you next part!

ZiAron [END]Where stories live. Discover now