Wajahnya mendongak menatap langit dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Apa ayah tau? Ayah cinta pertama, sekaligus patah hati terhebat ku. Dari mu aku tau sakitnya kehilangan," seloroh Aleta seraya tersenyum manis walau hatinya terasa begitu sakit. Tangannya ia gunakan untuk mengusap nisan sang ayah lembut.

Kemudian, ia tertawa. Tawanya terdengar sumbang. "Gak ada lagi tempat aku bersandar, mami sibuk kerja. Lagian juga mami kan ada dady Gustira,"

"Tanpa ayah, aku rapuh."

Tatapannya berubah tajam, tangannya mengepal kuat hingga telapak tangannya terluka akibat tergores oleh kukunya yang panjang itu. "Bohong kalau aku gak cape, bohong kalau aku selalu bilang aku baik-baik aja. Nyatanya aku cape, tapi kalau aku menyerah sekarang semuanya jadi sia-sia."

"Aku janji, secepatnya aku bakal menjarain orang yang udah bunuh Ayah. Dia, harus dapat balasan yang setimpal!"

***

Daru kembali ke sekolah saat rintik hujan mulai turun membasahi permukaan bumi, laki-laki yang masih menggunakan seragam sekolah itu mencari-cari Aleta di seluruh penjuru sekolah, tetap saja hasilnya nihil, Aleta tidak berada di sekolah.

Ponsel Daru berdering, ia segera mengangkatnya. Nama Helena tertera di atas layar ponselnya.

"Ada apa, Mi?" tanya Daru mengangkat ketika memgangkat teleponnya.

"Daru, Apa Aleta ada sama kamu? Dia dari tadi belum pulang," ujar Helena di sebrang sana khawatir.

"Enggak, Mi. Daru kira Aleta udah pulang,"

"Gimana ini, Daru? Mami khawatir Aleta kenapa-kenapa," sahut Helena gelisah.

"Mami tenang aja. Daru bakal cari Aleta." Daru berujar demikian hanya untuk menenangkan Helena.

"Yaudah, makasih, ya. Mami tutup dulu telponnya," balas Helena.

Setelah itu, panggilan terputus.

Daru segera menaiki motornya, ia akan pergi ke makam ayah kandungnya Aleta terlebih dahulu, semoga saja Aleta masih berada di sana.

Baru setengah perjalanan ia ke makam. Ponselnya berdering, nama Thania tertera di atas layar ponselnya.

Daru memakirkan motornya terlebih dahulu lalu mengangkat panggilan telpon dari Thania.

"Kenapa lo telepon gue?" tanya Daru tanpa basa-basi.

"Daru, kamu kok ninggalin aku sendirian?! Aku pulangnya gimana?!" tanya Thania menahan kesal di sana. Bisa-bisanya Daru meninggalkan dirinya sendiri di rumah sakit.

"Pulang tinggal pulang, ribet banget si lo," ketus Daru.

"Aku tadi udah telpon Ayah, minta dia jemput aku di sini. Tapi Ayah malah enggak peduli, hiks!"

"Ck, gue ke sana?" Berdecak kesal, lalu Daru mematikan panggilan teleponnnya sepihak.

Dewandaru langsung melajukan motornya kencang menjemput Thania, bahkan ia sampai lupa untuk mencari di mana keberadaan Aleta saat ini.

***

Aleta mengecek jam yang terpasang di pergelangan tangannya sesekali ia mengusap matanya yang terlihat sembab itu.

Ternyata hari sudah sore, gadis ini sempat ketiduran di makam sang ayah karena terlalu banyak menangis sampai ia lelah sendiri.

"Udah sore. Huft, mending gue langsung ke rumah sakit," gumam Aleta.

Bola mata Aleta membulat sempurna ketika melihat tulisan di kertas, juga ada beberapa bangkai hewan di samping kertas tersebut.

"Kamu ternyata masih nyari tau siapa pembunuh yang sebenarnya Aleta, hm?"

RATSELWhere stories live. Discover now