35. Terpaksa

30 22 0
                                    

"Dengan terpaksa ia ikut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dengan terpaksa ia ikut. Ia tidak ingin ambil resiko."

Pagi ini berjalan begitu saja. Ulya agak tenang, ya meskipun ia beberapa kali mendengar orang membicarakannya tapi seenggaknya mereka tidak menggunjingnya. Malah ia tidak menyangka, beberapa siswi terdengar iri padanya.

Ia merasa agak senang, setidaknya ada sisi baik dari taruhan ini.

Ya tapi tidak bisa dipungkiri. Ia kadang masih berfikir, pasti masih ada beberapa orang yang sembunyi-sembunyi membicarakan keburukannya.

Tapi ini sudah resikonya mau menerima taruhan Raihan. Seharusnya sejak awal ia menolak bukan? Dan seharusnya ia harus belajar mengontrol emosi. Di dekat Raihan ia terkadang lepas kendali. Dan alhasil ia malu sendiri.

Alunan suara guru layaknya lagu Nina bobok. Hingga suara bel menggema pertanda istirahat.

Jam istirahat pertama kali ini layaknya surga bagi kelas 10 APHP bagaimana tidak salah satu anggotanya berniat menraktir. Tapi tentu saja kecuali Ulya. Gadis itu tengah mencorat-coret meja dengan pulpen tertutup. Tangannya bergerak membuat pola abstrak.

Nabila sudah berdiri di samping meja Ulya. "Ayo dong Ul. Yang semangat! Kita mau ngerayain hari jadian Lo tahu," cerocosnya yang tidak ditanggapi Ulya.

Erina merebut pulpen Ulya. "Cepat berdiri yok!"

Lana menghampiri mejanya. "Lo kok kelihatannya nggak semangat gitu sih? Harusnya Lo seneng cowok Lo mau modal."

"Benar tuh," setuju Dahayu sambil melirik Ethan yang fokus main game.

"Kalian kalau mau ke kantin, ke kantin aja sana," balas Ulya malas. Saat ini ia tengah membaringkan kepalanya di atas kepalanya yang terlipat sambil menggerak-gerakkan jarinya di atas buku yang terbuka. Tidak jelas sih, tapi setidaknya mengurangi kebosanannya.

"Kok gitu sih," komentar Jelita tidak setuju.

"Tahu nih! Ini kan acara elo," sahut Jenna juga.

Ulya menatap teman-teman lelah. "Ya nggak papa, kalau kalian makan ya sana ke kantin aja. Yang janji kan Raihan bukan gue," jelasnya menghindar.

"Nggak bisa. Ayok ikut," paksa Nabila sambil menarik tangan Ulya agar berdiri. Ulya berpegang erat pada sandaran kursi. Ia benar-benar tidak mau. Bisa ia pastikan kekagetan anak SMK Nusantara apabila kita ke kantin bersama-sama, sudah layaknya demo saja. Kepalanya terus menggeleng.

Raihan turun tangan, dia mengehentikan aksi Nabila yang menarik tangan Ulya. Dilepaskan tangan Nabila yang memegang tangan Ulya berganti dengan tangannya. Ulya diam, menatap Raihan malas.

Mau apa lagi biawak setan ini?

Raihan mendekatkan wajahnya pada Ulya. Membuat beberapa perempuan di kelas ini memekik.

Dia #APHPWhere stories live. Discover now