10. Jadian

60 81 9
                                    

"Sekilas, namun berkesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekilas, namun
berkesan."

Dengan langkah santai ia keluar kelas. Ia merasa bersalah saat ini. Wajah sedih gadis yang sekarang menjadi mantan Pandu masih terbayang-bayang di otaknya. Memang dasar yah, kadal biadap!

Kalau dipikir-pikir. Oke cukup, gadis tadi malam bagaimana ya?

Em, tapikan cover seseorang bukan mencerminkan kepribadian seseorang. Tapikan bisa ja_

"Ul!" panggil seseorang tiba-tiba.

"Ha?" tanyanya linglung sedikit memekik.

Orang itu bukannya menjelaskan, malah tertawa keras. Mengabaikan beberapa siswa yang mencuri pandang dari dalam kelas. Fokusnya pada Ulya. Ekspresi terkejutnya terlihat begitu menggelikan. Entahlah, dia sulit menjabarkannya. Pukulan pelan mendarat di bahunya.

"Yaampun Han. Lo itu jadi cowok nggak bisa kalem dikit apa? Cowok kok petakilan banget," marah Ulya. Ia capek selalu menjadi korban ketengilan Raihan.

"Hahaha... Salah sendiri tegang."

Ulya menatap Raihan tidak percaya. Jarinya menunjuk wajah Raihan yang lebih tinggi darinya."Elo yah! Bukannya minta maaf, malah cari gara-gara." Dengan santai Raihan hanya mengendikan bahunya acuh.

"Terserah deh," ucap Ulya pada akhirnya sambil kembali berjalan ke ruang kultur jaringan. Ambisinya hanya satu, yaitu 'menyelesaikan hukumannya'. Ia melewati koridor kelas yang sepi. Jelas saja, saat ini masih jam KBM (kegiatan belajar mengajar).

Sampai di ruangan tujuannya, Ulya membuka pintu dengan kunci yang sudah dititipkan bu Lena. Membukunya pelan, entahlah mengapa ada hawa-hawa tidak mengenakan di ruangan ini. Melangkah beberapa kali dan merasa tidak ada yang mengikutinya, Ulya menoleh kebelakang. "Cepetan masuk, biawak!"

Raihan mendengus mendengar panggilan itu lagi. "Hm!" balasnya singkat namun ngegas.

Merasa sekarang suasananya agak berbeda, Ulya mengambil sapu, kemonceng, dan juga serbet. Melihat Raihan tidak melakukan hal yang sama sepertinya membuat Ulya geregetan. Bukannya bersih-bersih malah lihat-lihat. Memang ini kunjungan wisata apa?

"Nih ambil!"

Raihan menatap sapu itu malas. Namun dia tetap mengambilnya tanpa sepatah kata.

"Karena lo tinggi, bersihin itu. Jendela yang ada di sana, ya pokoknya yang ada sarang laba-laba itu loh. Habis itu nanti bantuin bersihin meja, sama lemari kaca juga, dan alat-al_"

"Oke stop. Siap laksanakan ibu komandan," balas Raihan cepat. Kupingnya sudah panas mendengar ocehan Ulya. Mungkin dia tadi selamat dari mulut pedas bu Lena. Tapi sekarang, malah mendengar dentuman petasan banting dari mulut tipis Ulya. Jadi lebih baik akhiri.

Dia #APHPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang