18. Sampai kapan?

36 68 0
                                    

"Ada sakit yang harus di sebunyikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada sakit yang harus di sebunyikan. Ada senyum yang terus dipakasakan. Pertanyaannya sampai kapan Tuhan?"

Raihan datang membawa kantung kresek ukuran sedang. Menaruh katung kresek itu di atas meja Ulya. Ulya yang dapat melihat isi di dalam kresek transparan itu tergiur.

"Punya gue yang mana?" tanya Ulya melihat-lihat isinya.

"Semuanya," balas singkat Raihan membuat Ulya tercengang.

Ia menatap Raihan kesal. "Gue nggak bawa uang sebanyak ini, apalagi cuma buat makan," keluh Ulya menatap miris kresek di depannya.

"Gue ngga minta ganti, cuma mau minta maaf."

Ulya menatap Raihan kesal kembali, "Kan udah gue bilang Biawak! Maaf gue nggak seharga nasi goreng."

"Itu ngga cuma nasi goreng, ada batagor nya, tahu bulat, Chiki kesukaan Lo. Yakin nggak mau?" tanya Raihan memastikan.

Ulya menimbang makanan di depannya. "Ini buat gue kan?" tanya Ulya memastikan. Raihan mengangguk. "Makasih," ucapnya sambil membuka plastik batagor.

"Udah di maafin?"

Ulya mengunyah batagornya dulu sebelum menjawab. Mendekap kantung plastik itu rapat-rapat. "Makanannya gue terima. Kalau maafin, kan udah gue bilang nggak seharga nasi goreng. Berarti nggak seharga semua makanan ini. Dan tadi kan katanya buat gue. Ya gue makan," ucap Ulya tidak merasa berdosa sama sekali.

Raihan mengacak rambutnya kesal. Modelan seperti Ulya . Mana bisa marah sih? Perasaan dari tadi kita ngomong akrab deh? Bingung Raihan. Tapi ia masih tidak enak dengan kejadian kemarin. Apalagi membuat Ulya sampai menangis di kelas. "Lah kok gitu?" protes Raihan.

"Udah ikhlasin aja. Perut gue butuh sumbangan," celetuk Ulya setelah mengunyah tahu bulat lembut-lembut. Mereka berdua tidak sadar banyak pasang telinga yang mencuri dengar. Kedekatan mereka juga masih menjadi teka-teki. Raihan yang biasanya jahil, entah kenapa mulai anteng.

"Makan aja dibanyakin, tapi badan nggak gede-gede. Percuma," ejek Raihan memandang Ulya jahil. Blammm ... penonton kecewa bung, baru saja merasakan perubahan kecil Raihan. Sang tokoh utama kembali lagi menjahili singa tidur.

Ulya menghentikan acara makannya. "Nggak boleh tahu body swimming!" marah Ulya menatap Raihan kesal. Mood makannya jadi hilang.

"Body sharming woi," nyolot Erina yang tiba-tiba kembali ke kelas.

"Ah sama aja," keukuh Ulya. Ia kesal apalagi mendengar tawa tertahan Raihan. Cowok itu pasti sekarang merasa di atas langit.

"Beda, swimming itu renang," gas Erina.

"Tau deh," malasnya. Ia mulai makan kembali jajanan yang dibelikan Raihan.

Kapan lagi ya kan?

Raihan pun sudah pergi setelah puas menertawakan Ulya.

Dia #APHPWhere stories live. Discover now