05. Rencana gagal

75 83 8
                                    

"Lo tahu nggak sih, iblis diusir dari surga karena kesobongannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo tahu nggak sih, iblis diusir dari surga karena kesobongannya. Lah elo, belum masuk surga aja sombongnya minta ampun. Istigfar sana!"

"Huwa... andaikan halu-haluku terwujud, betapa masyaallah, subhanallah, allahuakbar-nya hatiku," pekik Nabila di pojok ruangan. Jangan lupakan matanya yang masih melotot menatap ponsel.

Ulya yang berada tepat di tengah pintu masuk ruang praktikum menatapnya nyalang. "BILA," teriaknya kesal. Ia berjalan cepat menghampiri Nabila yang masih senyam senyum di pojokan. Penyakit gilanya sepertinya kambuh.

"Eh, eh, eh sakit Ul. Lepasin!" Nabila memukul-mukul tangan Ulya yang menjewer telinganya.

"Bagus yah lo. Kita ini lagi mau praktek, bukan siapin bahan. Atau alat kek, malah cengar-cengir kayak orang gila. Kapan sih lo warasnya?" cerca Ulya pajang lebar.

Nabila mengusap-ngusap telinganya yang terasa panas. Sungguh sial nasibnya harus sekelompok dengan singa seperti Ulya. Ganggu fantasinya saja, lihat temannya senang sebentar bisanya sirik. "Iri? Bilang bos!" ujar Nabila sambil kabur lewat samping.

Ulya semakin geram dengan tingkah Nabila akhirnya menghentakkan kedua kakinya kesal.

"WOI SEMUA, MAMI UDAH OTW KE SINI," teriak Rahmat ketua kelas 10-APHP. Ulya yang mendengarnya kelabakan. Mana jagungnya belum di cuci lagi. Apalagi alatnya juga masih di rak. Dan sialnya kelompoknya nggak asik semua lagi. Dengan terburu-buru, ia mengambil jagung di meja praktik yang dipilihnya.

"Bil cari panci, blender, sama serbet!" suruh Ulya sambil mendorong-dorong Nabila. Nabila dengan malas pun menurut, bagaimana pun juga ini akan berpengaruh pada nilainya.

Setelah dari wastafel, Ulya mengambil baskom di rak. Menaruh jagung yang masih basah di sana. Melihat Nabila yang masih sibuk di lemari kaca pun menghampirinya. "Masih belum dapat alatnya?"

"Kurang tutup blendernya," balas Nabila sambil masih menggeledah lemari di depannya. Ulya pun juga ikut turun tangan.

"Siang semua," suara bu Ratih memasuki ruang praktikum dengan senyum riangnya. Berbeda dengan murid-muridnya yang malah menampakkan raut malas, risau, dan bahkan bodoamat.

"Siang bu," sahut beberapa murid yang mau.

"Ulya! Kelompok kamu bagaimana?" tanya beliau tiba-tiba.

"Emm, iya bu. Ini masih mencari blender," kata Ulya mencoba sehalus mungkin.

"Yasudah, kamu cari kelengkapannya dulu saja," kata bu Ratih memberi pengertian.

"Iya bu," balas Ulya semangat. Lalu ia berbalik meneruskan pencariannya.

"Dapat," pekik Nabila senang. Ulya langsung menoleh, dan menatap Nabila girang. Tanpa aba-aba Ulya menyeret tangan Nabila ke meja praktik.

Dia #APHPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang