04. Isi paperbag

83 85 9
                                    

"Ketika kesabaranku sudah habis

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Ketika kesabaranku sudah habis. Jangan harap kamu hanya mendapatkan luncahan"

Decitan ban sepeda motor yang berhenti terdengar halus. Sang pengendara turun dengan pelan dari motor meticnya. Melepas helm dari kepalanya, dan berlanjut membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan lewat kaca spion. Melihat penampilannya sudah lebih baik, ia berjalan menjauh dari parkiran.

Sesekali ia menyapa siswa lain yang dikenalnya. Kakinya melangkah pelan menuju kelas, lagi pula ini masih cukup pagi untuk berkutat dengan buku. Lebih baik bersantai sejenak sebelum pembelajaran dimulai.

Sampai di depan kelas, ia tidak langsung masuk. Ia lebih memilih duduk di depan kelas, sambil melihat lalu lalang siswa dan beberapa petugas kebersihan di lapangan.

Suasana pagi yang tenang membuatnya tertram sesaat. Hingga_ "DAR!!!"

"EH SIALAN!" umpat Ulya tidak sadar. Badannya menegang, dengan jantung yang berdetak keras.

"Hahaha..." tawa Raihan menggelegar.

Ulya membalikkan badanya. Ia menatap geram Raihan yang masih tertawa bahkan sambil memegang perutnya. Memang dasar biawak sialan, pagi yang tadinya tentram sekarang rusak seketika. Tangan Ulya menunjuk-menunjuk Raihan, dengan katupan mulut yang siap dengan sumpah serampahnya.

"Pergilah kau biawak hantu. Dasar, mucul tidak tahu tempat. Tidak tahu diri! Atau lo sebenarnya arwah gentayangan ha? Apa perlu gue bantu ke neraka," ucap Ulya mengutarakan semua unek-uneknya.

Raihan semakin tertawa menanggapinya, seakan mengejek.

Dengan aksi masih menunjuk-nunjuknya, Ulya menggeretakkan giginya. Sementara Raihan hanya memandang Ulya santai, tidak ada gurat takut yang terlihat.

"Yak lepaskan!" Raihan merasa rambutnya rontok semua. Memang dasar manusia licik. Dia pikir Ulya hanya melangkah melewatinya tanpa memperpanjang masalah. Eh ternyata, malah menarik rambutnya dari belakang.

"Rasain! Lo pikir enak di kagetin tiap hari. Gue ini masih muda, gimana kalo tiba-tiba serangan jantung? Mana belum nikah lagi," cerocos Ulya masih mencengkram erat rambut hitam Raihan. Kemarahannya sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia sudah cukup sabar selama ini. Tapi si biawak ini semakin lama, semakin menjadi-jadi.

"Duh, duh, duh. Lepasin dong Ul," pinta Raihan memelas. Mereka berdua tidak menghiraukan orang sekitar yang sedang memperhatikannya menjadi tontonan gratis. Bodoamat!

"Makanya insaf jadi cowok, udah jadi biawak temennya buaya. Sekarang merangkap jadi hantu. Sebentar lagi tinggal nama lo Han, biar tahu rasa lo,"

"Wah parah Ulya. Belum nikah aja udah KDRT, gimana kalo nikah nanti ya." Suara seseorang yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Ulya. Tangan Ulya melepaskan rambut Raihan. Tubuhnya berbalik menatap Tio yang tadi sempat berkomentar. Tio yang ditatap horor, meneguk ludahnya alot.

Dia #APHPTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon