27. Nggak bagus

21 23 0
                                    

"Kalau emang bener, jadi dia cowok nggak bener

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalau emang bener, jadi dia cowok nggak bener. Modelan kayak lo, nggak ada bagus-bagusnya"

Jam menunjukkan pukul 12.00 siang hari. Udara terasa memanas, keadaan di luar pun terlihat terik. Setelah kedatangan ojol tadi yang membawa bungkus kresek yang berisi bakso beranak tiga bungkus.

Ulya menatap horor kresek itu.

"Nggak mungkin Pan. Gue sama Raihan kalau di kelas udah kayak kucing sama anjing. Kalau ketemu pengen gigit rasanya," cerita Ulya menyangkal pemikiran konyol Pandu.

"Ya kan bisa aja dia caper ke elo."

"Duh ngapain? Nggak guna banget kalau emang bener," celoteh Ulya membawa kresek itu ke dapur.

Pandu mengikutinya dari belakang. "Lo percaya deh sama gue. Gue kan juga cowok. Paham lah trik-trik kayak gitu."

Ulya menoleh ke belakang. "Kalau emang bener, jadi dia cowok nggak bener. Modelan kayak lo, nggak ada bagus-bagusnya"

"Sialan lo! Gini-gini gue banyak yang deketin."

"Eh iya bener. Rumput yang bergoyang kan?"

"Garing. Nggak lucu," gas Pandu.

"Bodo."

Beralih pada rumah Raihan.

Khansa begitu senang Raihan mau membelikan makanan kesukaannya.

Di depannya saat ini ada bakso beranak yang menggugah selera. "Yuk di makan tante," ajaknya semangat.

Bunda Raihan terkekeh. "Iya," balasnya lemah lembut.

Raihan yang duduk di depan Khansa, menatap cewek itu malas. "Senang?" sindirnya.

"Senang dong. Maacih Rai," serunya dengan ceria.

"Hm," balas Raihan. Ia berdiri akan beranjak pergi.

"Mau kemana? Kok nggak di makan?" tanya bunda Raihan melihat bakso anaknya yang masih dibungkus belum tersentuh.

"Nanti Bun. Masih kenyang, tadi si
curut nyuapin makanan terus," keluh Raihan ditanggapi cekikikan Khansa.

"Yaudah kamu sholat sana."

"Sip." Raihan berjalan menuju kamarnya. Memasuki kamar mandi mengambil wudhu. Meraih sarung yang ada di gantungan, beserta peci. Menggelar sajadah, dan mulai membaca niat.

Selesai dengan ibadahnya, ia membuka WhatsApp.

Chatnya tidak dibalas Ulya. Dibaca saja tidak.

"Udah sampai belum ya?" pikir Raihan memikirkan makanan pesanannya yang diantar ke rumah Ulya.

Pintu kamarnya terbuka. Menampilkan kepala Khansa yang masuk dari daun pintu. "Raihan makan dulu baru istirahat," suruhnya lembut.

"Masih kenyang."

Dia #APHPWhere stories live. Discover now