Mata tajam Bu Asya menatap Ayyara lamat-lamat. Bu Asya merasa sedikit kasihan terhadap muridnya yang penuh luka itu.

Bu Asya menaikkan satu alisnya, "Maaf, karena?"

"M-maaf, karena saya tidur dimata pelajaran ibu." Balasnya dengan kepala tertunduk.

"Kamu tahu, kan. kalau ada murid yang tidur dimata pelajaran saya akan dihukum?"

Ayyara menelan saliva-nya kasar, "t-tahu Bu,"

"Terus kenapa kamu tidur dikelas saya?"

"S-saya kurang enak badan Bu," benar, ia kurang enak badan semenjak kejadian itu. Kemarin-kemarin bahkan lebih parah.

Bu Asya menghela nafas, "yaudah, sana ke UKS."

Ayyara terkejut, semudah itu?

Murid yang lainnya pun tak kalah terkejutnya dengan Ayyara, tumben sekali Bu Asya tidak memberikan hukuman terhadap murid yang tidur. Biasanya alasannya tidak enak badan pun Bu Asya tidak mengindahkan alasan tersebut, ia paling akan menyuruhnya membersihkan jendela kelas.

"Terimakasih, Bu. Tapi saya tetep disini aja, mengikuti pelajaran ibu,"

"Yaudah, terserah. Tapi kalau sakit, langsung ke UKS saja,"

Senyum Ayyara mengembang karena tidak jadi dihukum, "Baik Bu."

Pembelajaran merekapun dilanjutkan sampai bel istirahat berbunyi.

Bel yang dinanti-nanti akhirnya berbunyi, mereka beranjak ke luar kelas entah itu ingin ke kantin atau bermain.

"Gue dari tadi mau nanya," Kasyapi menatap Ayyara.

Ayyara yang sedang membereskan buku-bukunya menoleh, "nanya apa?"

"muka lo kenapa bisa terluka?"

Ayyara memasukkan buku-bukunya ke tas hitamnya. "Biasalah, ada orang gila yang ngamuk dan nyerang gue," balasnya santai.

Kasyapi mengernyit tak suka atas jawaban Ayyara, "serius,"

Ayyara yang melihat wajah Kasyapi yang seperti itupun terkekeh pelan, kemudian jari tangannya membentuk huruf v "Duarius."

Kasyapi mengembung kan kedua pipinya, "jadi ga mau ngasih tau nih?"

Ayyara terkekeh lucu melihat wajah Kasyapi yang imut. Uke yang satu ini memang paling bisa menaikkan mood Ayyara.

Ayyara mencubit ke dua pipi kasyapi dengan gregetnya. "Ga ngasih tau apa sih? Kan gue udah bilang tadi, kalo ada orang gila yang nyerang gue."

Kasyapi menarik pelan tangan Ayyara yang sedang mencubit pipinya agar berhenti. "Sakit,"

"Sorry, abisnya lo lucu sih," dengan segera ia menarik tangannya menjauhi pipi Kasyapi.

Kasyapi tersenyum, "Kila juga lucu."

Ayyara yang mendengar itu langsung membeku sebentar, kemudian wajahnya memerah.

"L-lo a-apa-apaan sih!" Katanya sambil membuang muka ke samping.

Ayyara benar-benar dibuat salah tingkah. Padahal hanya dibilang lucu tetapi, reaksinya sudah seperti itu.

Kasyapi menahan tawa melihat wajah Ayyara yang memerah lucu, "Apanya yang apaan, hm?"

"G-ga tau, U-udah, ah. Gue mau ke kantin," Ayyara beranjak bangkit tetapi dirinya dibuat duduk lagi karena tangannya ditarik.

"Bentar dulu," kata Kasyapi.

Ayyara sudah menetralkan kembali wajahnya, "apa lagi?"

"Siapa orang gila itu?" Kata Kasyapi dengan serius.

Butterfly EffectWhere stories live. Discover now