"Yeah," Kyan menaikkan kedua bahu nya dan menarik tangan nya saat tak kunjung di jabat. "Saat aku bertemu dengan Chris aku juga bertemu dengan Mister Malfoy."

"Kau memanggil nama ayah ku?" Aline mengerutkan kening nya.

Kyan diam sejenak, "Ya, is that problem for you?"

"Bagaimana bisa kau memanggil nya seolah kau sangat dekat dengan nya?"

"Sejujurnya, aku tinggal bersama dengan nya, aku juga yang mengurus nya di rumah sakit kementerian." balas Kyan dengan wajah dingin namun tatapan hangat nya.

Aline diam sejenak lalu memutar bola mata nya malas, "Yang benar saja."

Tatapan Aline tak sengaja menoleh ke arah kursi para guru dan melihat pria itu sedang asik berbicara dengan Hana. Dia sedikit berubah, biasanya jika Aline menatap nya pria itu juga sedang menatap nya tapi kali ini sepertinya ia menemukan lawan bicara yang baik.

Kyan mengetahui tatapan kesal Aline lalu tersenyum kecil, "Kalian berpacaran?"

Aline menaikkan satu alis nya menatap pria itu.

"Kau dan pria itu," Kyan menunjuk orang yang di maksud menggunakan tatapan nya. "Kalian berpacaran?"

"Bagaimana kau tahu itu?"

"Pupil mata mu membesar saat melihat nya. Kau tahu, jika seseorang mendengar nama atau melihat seseorang yang ia sukai, pupil nya akan membesar." ia diam sejenak, "Psikis manusia."

Draco menatap nya kemudian berbisik tanpa mengalihkan pandangan nya, "Kurasa dia benar-benar saudara mu."

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*

Aline melangkahkan kaki nya bersama Kyan menuju hospital wings untuk menemui adik kelas kesayangan nya. Namun sesampai nya di sana, ia melihat Severus ada di sana sedang duduk di samping ranjang sambil membelai kepala Collin lembut.

Merasakan kedatangan orang lain, Severus menoleh lalu mengalihkan pandangan nya dengan cepat saat tahu itu adalah Aline dan saudara nya.

"Dia baru saja tidur setelah latihan berjalan, dia sudah sangat membaik dan beberapa hari lagi ia akan kembali bersekolah seperti yang lain nya." ujar Severus tanpa di minta.

Tak lama, Severus berdiri lalu berjalan hendak meninggalkan hospital wings. Dan ia berjalan melewati gadis itu tanpa menoleh dan sepatah katapun yang keluar dari mulut nya.

Aline tersenyum kecil kemudian mendekat ke arah ranjang pria kecil itu.

"Dia adalah Collin." ujar Aline.

"Pria kecil yang melihat mu terjun bebas dari jurang?"

Aline tersenyum kecil, "Sepertinya kau tahu banyak tentang ku."

"Ayah mu bercerita banyak hal tentang mu."

"Kalau begitu, seharusnya kau tahu," Aline setengah bersandar pada nakas yang ada di sana dan melipat kedua tangan nya menatap Kyan dengan dingin, "Betapa aku mencintai pria tadi, bukan?"

Kyan diam lalu tersenyum miring, "Kau pikir hanya kau bisa menatap orang dengan begitu dingin, Miss?"

"Tatapan adalah cara Xavier mempengaruhi orang yang ada di hadapan nya," Kyan tersenyum, "Tapi kali ini yang kau hadapi adalah sesama Xavier, Aline."

"Jangan memanggil ku seakan kau sangat dekat dengan ku."

Kyan tersenyum kecil dan sedikit miring, "Jika aku memanggil nama belakang mu itu akan sama saja karena saat menikah pun kita tetap punya marga yang sama."

"Aku tidak akan menikah dengan mu."

"Ku harap aku punya keberanian yang sama."

Aline mengerutkan kening nya heran.

"Dengar, Miss Xavier satu-satu nya, aku," Kyan memegang dada nya, "Juga punya orang yang ku cintai. Tapi aku memilih untuk menerima keputusan ini karena jika aku egois, dia akan terkena dampak nya, dan aku yakin aku tak mau melihat orang yang kau cintai menderita, maka itu adalah alasan yang sama aku menerima ini semua."

Aline diam sejenak, ia mengeraskan rahang nya. "Kenapa aku tidak bisa egois akan hidup ku sendiri?"

"Karena jika kita egois, Aline." Kyan diam, tatapan nya berubah sendu, "Mereka akan mati."

D E G H !

"W-why?"

Suara Aline bergetar menahan tangis begitu mendengar ucapan pria di depan nya.

"Kau adalah pemegang kendali saat ini, Aline. Aku mungkin Xavier, tapi kau adalah keturunan terpilih."

"Apa maksud mu keturunan terpilih?"

"Tanda itu." Kyan menunjuk leher yang tertutupi rambut Aline. "Keturunan para bangsawan, ksatria sihir dan Ratu berkumpul di diri mu."

"Ratu?"

"Keturunan Xavier lain nya juga berpikiran sama dengan mu dan menikah dengan orang lain hingga akhirnya," Kyan menarik nafas, "Xavier perlahan hampir punah."

Aline menggelengkan kepala nya samar, "Apa maksud mu Ratu?"

"Ratu Xavier, kau keturunan nya."

Aline mengerutkan kening nya tak mengerti.

"Ratu Xavier adalah awal dari dunia sihir, dia adalah alasan kenapa ada banyak penyihir di dunia ini."

Aline menelan ludah nya kasar hingga tenggorokan nya sakit.

"Dan jika kau melepaskan marga nya, darah mu akan mencari relasi penyihir kuat untuk ia tumpangi namun tidak akan ada yang sanggup menahan kekuatan Ratu Xavier dan berakhir membuat nya mati." Kyan menunduk sebentar, "Lalu, para penyihir kuat akan mati dan menyisakan para penyihir muda nan lemah. Bayangkan jika mereka hidup tanpa arahan, Aline? Dunia sihir akan benar-benar hancur."

Aline tak bisa bernafas dengan bebas lantas menoleh ke kiri, memandangi wajah Collin yang terlihat sangat nyenyak dalam tidur nya.

"Sama seperti mu, aku tak perduli dunia sihir akan hancur. Namun masalah nya," Kyan diam sejenak, "Dia adalah salah satu penyihir kuat dan sudah pasti dia akan menjadi incaran darah Ratu Xavier."

"Hal ini juga berlaku dengan Mister Snape, Aline."

D E G H !

"Dia salah satu penyihir terkuat saat ini."

Aline menggertakkan gigi nya dengan mata yang sudah berair. Demi Tuhan, ia tak pernah menangis dengan mudah nya.

"Aline."

Pemilik nama menoleh dan menemukan paman nya menatap nya lembut.

"Kau, aku dan Ayah mu perlu bicara."

































T B C

That's StudentWhere stories live. Discover now