28

1.4K 245 1
                                    

"Kau menaikkan harganya lagi?!"

Suara tersebut membuat perhatianku teralih dari buku yang kubaca menuju ke arah Nami yang sedang memarahi seekor burung pembawa surat kabar.

"Bukankah itu terlalu mahal mematok harga segitu?!" omel Nami sambil memasukkan satu koin ke dalam tas yang di bawa burung tersebut. "Jika kau menaikkannya lagi aku tak akan membeli darimu!"

Kemudian burung tersebut terbang pergi.

"Apa masalahnya membeli surat kabar sedikit lebih mahal?" tanya Usopp.

"Tapi kita membelinya setiap hari!" ucap Nami.

"Sekarang kau sudah tak perlu menyimpan uang untuk membeli desamu dari Arlong, kan? Atau kau memang terlalu terobsesi dengan uang?" tanya Usopp.

"Kau ini bodoh, ya? Sekarang semuanya sudah berakhir, jadi aku akan mengumpulkan uang untuk diriku sendiri. Aku tak ingin menjadi bajak laut miskin yang tidak modis!" ucap Nami.

"Hei, tenang dulu! Aku sedang mengembangkan Hissatsu Tabasco Boshi!" ucap Usopp sambil melakukan eksperimennya.

Aku hanya menghendikkan bahu tak peduli melihat apa yang mereka lakukan dan lebih memilih lanjut membaca buku. Belum ada semenit aku membaca lagi, suara kegaduhan lagi-lagi terdengar.

Tidak bisakah aku membaca dengan tenang?! pikirku menggeram kesal sambil menutup buku yang kubaca. Aku langsung menoleh ke asal suara dan melihat Luffy yang terjatuh di depan Usopp, membuat peluru yang tadinya dibuat oleh Usopp jatuh mengenai matanya.

"Air! Air! Air!" pekik Usopp berlari ke sana-sini sambil memegangi matanya yang terasa panas.

"Ayolah, satu saja tak masalah, kan?" protes Luffy.

"Tidak boleh! Ini adalah kebun jeruk milik Nami-san! Aku tak akan membiarkan siapapun menyentuhnya!" ucap Sanji yang berdiri di depan pohon jeruk milik Nami, kemudian matanya berubah menjadi lope-lope saat menatap ke arah Nami. "Nami-san, serahkan pengamanan kebun ini padaku!"

"Ya, arigatou, Sanji-kun," ucap Nami sambil duduk bersantai dan membaca koran.

"Ayolah, hanya satu buah jeruk saja! Kau ini pelit sekali, Sanji!" protes Luffy sambil memeletkan lidahnya.

"Tidak boleh!" ucap Sanji.

"Yah, tak apa, sekarang aku sedang senang!" ucap Luffy sambil tersenyum lebar.

"Shikashi, dunia sekarang ini memang sedang kacau, ya. Banyak terjadi kudeta-kudeta," ucap Nami sambil membaca koran tersebut.

Ketika Nami membalik halaman yang ada di sebelahnya, sebuah selembaran kertas tiba-tiba saja terjatuh dari dalam koran tersebut.

"Selembaran?" tanggap Luffy ketika melihat kertas tersebut.

Mereka yang melihatnya langsung berteriak terkejut, kecuali aku dan Zoro tentu saja. Aku yang sedang duduk bersantai langsung berjalan menuju mereka dan melihat kertas tersebut yang ternyata adalah kertas buronan dengan wajah Luffy yang tergambar di sana.

Luffy langsung tertawa melihat kertas tersebut. "Sekarang kita penjahat buronan!" ucap Luffy sambil menunjukkan kertas tersebut pada kami.

"Hidup atau mati, 30 Juta Berry?!" pekik Usopp terkejut.

"Tertulis, 30 Juta Berry!" ucap Luffy sambil tertawa.

"Nilainya besar juga," ucapku ketika melihatnya.

"Lihatlah, aku pasti terkenal di dunia, aku jadi orang terkenal!" ucap Usopp senang.

"Nani?! Mereka memajang foto si hidung panjang dan tak memajang fotoku?!" protes Sanji dengan cepat langsung melihat poster tersebut dan mencari-cari. "Hei, ada di mana?! Aku tak melihat ada wajahmu dimanapun!"

One Piece x Reader [HIATUS]Where stories live. Discover now